Senin, 22 Juni 2009

Ayam Negeri dan Ayam Kampung


Pada suatu hari, seorang ayah dan seorang anak laki-lakinya yang sudah menjelang dewasa tampak sedang bersama-sama memberi makanan pada ayam-ayam peliharaan mereka. Keluarga ini memang memelihara banyak ayam dari berbagai jenis, yang terbagi menjadi dua golongan besar, yaitu ayam kampung dan ayam negeri.

Di sela-sela kesibukan itu, tiba-tiba sang ayah bertanya pada anaknya : “Nak, kalau kau harus memilih, yang mana kau lebih suka, jadi ayam negeri atau jadi ayam kampung?” Sang anak tertegun mendengar pertanyaan tersebut. Ia tidak mampu menjawab.

“Apa maksud ayah?” katanya sejurus kemudian.

“Ini hanya sebuah permisalan. Bila kelak engkau menjadi lebih dewasa nanti, ada dua cara hidup yang bisa engkau pilih, yaitu cara hidup seperti ayam negeri, atau sebagai ayam kampung”, jelas ayahnya.

“Ah, aku tahu ! Tentu aku memilih hidup seperti ayam kampung. Ia selalu bebas pergi ke mana saja ia mau..”, jawab sang anak dengan antusias.

Si ayah yang bijaksana ini tersenyum sambil membenarkan. “Selain kebebasan, masih banyak hal-hal lain yang bisa kita ambil dari kehidupan ayam kampung, dibanding dengan kehidupan ayam negeri”, lanjut ayahnya. Lalu ia mulai berbicara panjang lebar untuk menjelaskan falsafah hidup ayam kampung kepada anak kesayangannya tersebut.

Ayam kampung berbeda terhadap ayam negeri dalam banyak hal. Perbedaan pertama yang telah disebut di atas adalah hal kebebasan. Ayam kampung selalu hidup bebas di alam lepas.

Pergi kesana ke mari mencari makan, bermain, dan bercengkerama. Sementara itu, ayam negeri selalu hidup di kandang yang bagus.

Pada malam hari, ayam kampung tidur seadanya, di mana saja. Tidak perlu di kandang, bahkan acapkali hanya di atas jerami atau pada seutas ranting. Sedangkan ayam negeri siang malam ada di kandang yang nyaman, termasuk waktu tidur. Kandangnya itu, benar-benar dibuat nyaman, bersih karena setiap hari dibersihkan. Kesehatan lingkungannya di jaga, bahkan temperatur ruangan harus selalu diatur dengan nyala lampu agar tetap hangat.

Ayam kampung mencari makan sendiri, berjuang menyibak semak-semak, mengorek sampah, merambah selokan, berpanas dan berhujan menyantap apa saja yang bisa disantapnya. Tidak peduli kotoran dan tidak hirau pelimbahan, demi menyambung hidup yang keras dari hari ke hari.

Ayam negeri di lain pihak, disediakan makanan oleh majikannya dengan makanan khusus. Penuh gizi dan bebas hama. Jadwal teratur, dan tidak boleh menyentuh makanan sembarangan. Sekali-sekali pada waktu- waktu tertentu, ayam negeri juga diberi suntikan agar lebih sehat dan produktif.

Melihat kenyataan itu, tentu terpikir oleh kita bahwa sudah sepantasnya kalau ayam negeri memiliki kelebihan dalam segala hal dibanding ayam kampung. Tapi apa nyatanya? Ayam negeri sangat sensitif.
Ada keadaan yang sedikit saja menyimpang dari seharusnya, sakitlah ia. Satu sakit, yang lain pun sakit, dan akhirnya semua mati. Sebaliknya,.ayam kampung tidak pernah sakit, tubuhnya sehat dan kuat, berkat gemblengan alam. Itu yang membuatnya tidak pernah sakit. Ia pun berjuang setiap hari di alam terbuka, melawan kekerasan alam untuk mencari nafkahnya. Ayam kampung juga memiliki rasa pengorbanan, tidak ragu untuk menyibak semak, mengorek sampah dan merambah selokan, berpanas dan berhujan sambil membimbing anak- anaknya mencari makan, agar mereka tegar seperti induknya.

Sang ayah yang bijaksana tadi berkata lagi : “Lihat, meski bergelimang berbagai kenyamanan, ayam negeri itu sesungguhnya sudah kehilangan identitas sebagai makhluk yang bebas. Statusnya sudah diubah oleh mahluk lain yang bernama manusia, tidak lagi sebagai mahluk hidup, melainkan sebagai mesin. Mesin yang menghasilkan telur dan daging dalam jumlah besar bagi keperluan manusia..”

Moral apa yang bisa kita serap dari fenomena ayam kampung dan ayam negeri ini?

Manusia bisa berkaca dari cermin kehidupan ayam negeri dan ayam kampung. Dalam bekerja mencari nafkah serta meniti karir, kebanyakan generasi muda menghendaki kehidupan nyaman tidak ubahnya bagai kehidupan ayam negeri. Mendambakan hidup nikmat di mana segala kebutuhannya dipenuhi, jauh dari beratnya perjuangan hidup, jauh dari gemblengan dan tantangan alam, bahkan kalau perlu tidak usah tahu dengan yang namanya cucuran keringat serta beratnya banting tulang.

Sejak selesai sekolah, rata-rata pemuda sudah terpola untuk bias diterima bekerja di sebuah perusahaan besar, menerima gaji besar, mendapat sejumlah jaminan dan fasilitas-fasilitas tertentu, mampu membeli rumah dan mobil sendiri, serta berkantor di salah satu gedung megah dan mewah di kawasan bisnis bergengsi. Sekolah dianggap sebagai sarana yang memberikannya standar pengakuan sebagai tiket untuk mendapatkan semua itu.

Disana terselip sebuah pengharapan bahwa, semakin tinggi pendidikan yang ditempuh, semakin tinggi pula jabatan yang akan ia peroleh dari perusahaan, dan mereka mengira, semakin santai pula pekerjaan yang akan diberikan kepadanya. Hidup tenang dengan serba berkecukupan bahkan berkelimpahan.

Tak perlu disangsikan lagi bahwa pedoman hidup yang dianut generasi muda ini, sama dan sebangun dengan liku-liku kehidupan ayam negeri. Mereka menginginkan kenyamanan dan berbagai fasilitas yang diberikan oleh majikan, sama seperti ayam negeri menerima kenyamanan dan berbagai fasilitas dari majikannya.

Mereka menginginkan kesehatan dan jadwal hidup yang serba teratur, sama seperti ayam negeri menerima kesemua itu dari majikannya. Mereka memerlukan perhatian penuh tentang kesejahteraan diri dan keluarga, memerlukan tuntunan dan pimpinan untuk memperlancar tugas dan kewajibannya, sama seperti seperti yang diberikan majikan kepada ayam-ayam negeri itu.

Namun mereka tidak menyadari bahwa pada saat yang sama, mereka telah kehilangan kebebasan dirinya, sebagai hak azasi manusia yang paling hakiki. Mereka tidak bisa lagi pergi dan terbang kesana ke mari seperti seekor elang di langit lepas. Sama seperti yang dialami oleh ayam negeri. Lebih-lebih lagi, mereka telah kehilangan identitas diri sebagai mahluk hidup, karena status dirinya, disadari atau tidak, telah dirubah menjadi mesin yang sangat produktif demi kepentingan majikannya. Juga sama seperti ayam negeri.

Falsafah hidup seperti ayam negeri, benar-benar merupakan suatu hal yang menyesatkan, terutama bagi kalangan muda. Orang akan terpedaya dengan perasaan nikmat dalam kehidupan yang terkungkung di antara sisi-sisi tembok beton kantor atau rumahnya yang mewah. Padahal di luar, masih teramat banyak orang yang tidak cukup beruntung untuk mendapatkan pekerjaan, hidup susah di rumah-rumah kumuh dan pengap.

Falsafah ayam negeri hanya mengajarkan manusia untuk memuja kenyamanan diri semata. Meski tidak ada yang salah untuk memperoleh kesejahteraan, kesenangan dan kemewahan bagi diri dan keluarga, namun pola hidup demikian cenderung membuat orang menjadi figur yang selfish dan egois, selalu mementingkan diri sendiri. Tidak ada lagi rasa prihatin dan empati kepada sesama. Apalagi keinginan berkorban untuk orang lain.

Sindrom kenikmatan juga akan menyebabkan kaum muda kehilangan semangat dan daya juang, sehingga tidak akan mau lagi ikut memikirkan bagaimana berpartisipasi untuk memajukan negara dan bangsa, mengentaskan kemiskinan rakyat jelata dan berbagai aspek social lainnya yang amat dibutuhkan oleh masyarakat banyak.

Di ujung rangkaian dari berbagai kesenangan yang memabukkan itu, akhirnya akan muncullah masalah yang paling berat, yaitu kenyataan bahwa generasi muda akan menjelma menjadi generasi yang ringkih, getas dan sensitif. Generasi yang mudah patah saat dihadapkan pada situasi krisis, sebagai akibat terlalu dimanjakan oleh kenikmatan. Lagi-lagi sama seperti ayam negeri yang sensitif terhadap berbagai penyakit.

http://forum.dudung.net


SILATURRAHMI

Tahukah kalian tentang sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan ataupun keburukan? "Sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan adalah pahala orang yang berbuat kebaikan dan menghubungkan tali silaturahmi, sedangkan yang paling cepat mendatangkan keburukan ialah siksaan bagi orang yang berbuat jahat dan yang memutuskan tali persaudaraan" (HR. Ibnu
Majah).

Silaturahmi tidak sekedar bersentuhan tangan atau memohon maaf belaka. Ada sesuatu yang lebih hakiki dari itu semua, yaitu aspek mental dan keluasan hati. Hal ini sesuai dengan asal kata dari silaturahmi itu sendiri, yaitu shilat atau washl, yang berarti menyambungkan atau menghimpun, dan ar-rahiim yang berarti kasih sayang. Makna menyambungkan menunjukkan sebuah proses aktif dari sesuatu yang asalnya tidak tersambung. Menghimpun biasanya mengandung makna sesuatu yang tercerai-berai dan berantakan, menjadi sesuatu yang bersatu dan utuh kembali. Tentang hal ini Rasulullah SAW bersabda, "Yang disebut bersilaturahmi itu bukanlah seseorang yang membalas kunjungan atau pemberian, melainkan bersilaturahmi itu ialah menyambungkan apa yang telah putus" (HR. Bukhari).

Kalau orang lain mengunjungi kita dan kita balas mengunjunginya, ini tidak memerlukan kekuatan mental yang tinggi. Boleh jadi kita melakukannya karena merasa malu atau berhutang budi kepada orang tersebut. Namun, bila ada orang yang tidak pernah bersilaturahmi kepada kita, lalu dengan sengaja kita mengunjunginya walau harus menempuh jarak yang jauh dan melelahkan, maka
inilah yang disebut silaturahmi. Apalagi kalau kita bersilaturahmi kepada orang yang membenci kita, seseorang yang sangat menghindari pertemuan dengan kita, lalu kita mengupayakan diri untuk bertemu dengannya. Inilah silaturahmi yang sebenarnya.

Rasulullah SAW pernah memberikan nasihat kepada para sahabat, "Hendaklah kalian mengharapkan kemuliaan dari Allah". Para sahabat pun bertanya, "Apakah yang dimaksud itu, ya Rasulullah?" Beliau kemudian bersabda lagi, "Hendaklah kalian suka menghubungkan tali silaturahmi kepada orang yang telah memutuskannya, memberi sesuatu (hadiah) kepada orang yang tidak
pernah memberi sesuatu kepada kalian, dan hendaklah kalian bersabar (jangan lekas marah) kepada orang yang menganggap kalian bodoh" (HR. Hakim).

Dalam hadis lain dikisahkan pula, "Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada shalat dan shaum?" tanya Rasulullah SAW kepada para sahabat. "Tentu saja," jawab mereka. Beliau kemudian menjelaskan, "Engkau damaikan yang bertengkar, menyembungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan tali persaudaraan di antara mereka adalah amal shalih yang besar pahalanya.
Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali silaturahmi" (HR. Bukhari Muslim).

(diambil dari tausiah Aa Gym, www.republika.co.id)

Jumat, 19 Juni 2009

Hati Ibarat Rumah


Ada tiga macam rumah, Pertama Rumah raja, di dalamnya ada simpanannya, tabungannya serta perhiasannya. Kedua Rumah hamba, di dalamnya ada simpanan, tabungan dan perhiasan yang tidak seperti yang dimiliki seorang raja. Dan ketiga adalah Rumah kosong, tidak ada isinya.

Jika datang seorang pencuri, rumah mana yang akan dimasukinya?

Apabila anda menjawab, ia akan masuk rumah yang kosong, tentu suatu hal yang tidak masuk akal, karena rumah kosong tidak ada barang yang bisa dicurinya.

Karena itulah dikatakan kepada Ibnu Abbas Radhiallahu 'anhu, bahwa ada orang-orang Yahudi mengklaim bahwa di dalam shalat, mereka 'tidak pernah terganggu', Maka Ibnu Abbas berkata: "Apakah yang bisa dikerjakan oleh syetan dalam rumah yang sudah rusak?"

Bila jawaban anda adalah: "Pencuri itu akan masuk rumah raja." Hal tersebut bagaikan sesuatu yang hampir mustahil, karena tentunya rumah raja dijaga oleh penjaga dan tentara, sehingga pencuri tidak bisa mendekatinya.

Bagaimana mungkin pencuri tersebut mendekatinya sementara para penjaga dan tentara senantiasa siap siaga di sekitar raja?

Sekarang tinggal rumah ketiga, maka hendaklah orang-orang berakal memperhatikan permisalan ini sebaik-baiknya, dan menganalogikannya (rumah) dengan hati, karena inilah yang dimaksudkannya.

Hati yang kosong dari kebajikan, yaitu hati orang-orang kafir dan munafik, adalah rumah setan, yang telah menjadikannya sebagai benteng bagi dirinya dan sebagai tempat tinggalnya. Maka adakah rangsangan untuk mencuri dari rumah itu sementara yang ada didalamnya hanyalah peninggalan setan, simpanannya dan gangguannya? (
rumah ketiga).

Hati yang telah dipenuhi dengan kekuasaan Allah Subhanahu wa ta'ala dan keagungan-Nya, penuh dengan kecintaanNya dan senantiasa dalam penjagaan-Nya dan selalu malu darinya, Syetan mana yang berani memasuki hati ini? Bila ada yang ingin mencuri sesuatu darinya, apa yang akan dicurinya? (
rumah pertama).

Hati yang di dalamnya ada tauhid Allah, mengerti tentang Allah, mencintaiNya, dan beriman kepadaNya, serta membenarkan janjiNya, Namun di dalamnya ada pula syahwat, sifat-sifat buruk, hawa nafsu dan tabiat tidak baik. Hati ini ada diantara dua hal. Kadang hatinya cenderung kepada keimanan, ma'rifah dan kecintaan kepada Allah semata, dan kadang condong kepada panggilan syetan, hawa nafsu dan tabiat tercela.(
rumah kedua)
Hati semacam inilah yang dicari oleh syetan dan diinginkannya. Dan Allah memberikan pertolongan-Nya kepada yang dikehendakiNya. "Dan kemenanganmu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi maha bijaksana." (Ali Imran:126)

Syetan tidak bisa mengganggunya kecuali dengan senjata yang dimilikinya, yang dengannya ia masuk dalam hati. Di dalam hati seperti ini syetan mendapati senjata-senjatanya yang berupa syahwat, syubhat, khayalan-khayalan dan angan-angan dusta yang berada di dalam hati.

Saat memasukinya, syetan mendapati senjata-senjata tersebut dan mengambilnya serta menjadikannya menetap di hati. Apabila seorang hamba mempunyai benteng keimanan yang mengimbangi serangan tersebut, dan kekuatannya melebihi kekuatan penyerangnya, maka ia akan mampu mengalahkan syetan. Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah semata.



Bila Al Qur'an bisa bicara !


Waktu engkau masih kanak-kanak, kau laksana kawan sejatiku
Dengan wudu' aku kau sentuh dalam keadaan suci
Aku kau pegang, kau junjung dan kau pelajari
Aku engkau baca dengan suara lirih ataupun keras setiap hari
Setelah usai engkaupun selalu menciumku mesra

Sekarang engkau telah dewasa...
Nampaknya kau sudah tak berminat lagi padaku...
Apakah aku bacaan usang yang tinggal sejarah...
Menurutmu barangkali aku bacaan yang tidak menambah pengetahuanmu

Atau menurutmu aku hanya untuk anak kecil yang belajar mengaji saja?

Sekarang aku engkau simpan rapi sekali hingga kadang engkau lupa dimana menyimpannya

Aku sudah engkau anggap hanya sebagai perhiasan rumahmu
Kadangkala aku dijadikan mas kawin agar engkau dianggap bertaqwa

Atau aku kau buat penangkal untuk menakuti hantu dan syetan

Kini aku lebih banyak tersingkir, dibiarkan dalam kesendirian dalam kesepian

Di atas lemari, di dalam laci, aku engkau pendamkan.


Dulu...pagi-pagi...surah-surah yang ada padaku engkau baca beberapa halaman
Sore harinya aku kau baca beramai-ramai bersama temanmu di surau.....


Sekarang... pagi-pagi sambil minum kopi...engkau baca Koran pagi atau nonton berita TV
Waktu senggang..engkau sempatkan membaca buku karangan manusia

Sedangkan aku yang berisi ayat-ayat yang datang dari Allah Yang Maha Perkasa.
Engkau campakkan, engkau abaikan dan engkau lupakan...


Waktu berangkat kerjapun kadang engkau lupa baca pembuka surahku (Basmalah)
Diperjalanan engkau lebih asyik menikmati musik duniawi
Tidak ada kaset yang berisi ayat Alloh yang terdapat padaku di laci mobilmu
Sepanjang perjalanan radiomu selalu tertuju ke stasiun radio favoritmu
Aku tahu kalau itu bukan Stasiun Radio yang senantiasa melantunkan ayatku


Di meja kerjamu tidak ada aku untuk kau baca sebelum kau mulai kerja
Di Komputermu pun kau putar musik favoritmu
Jarang sekali engkau putar ayat-ayatku melantun
E-mail temanmu yang ada ayat-ayatkupun kadang kau abaikan
Engkau terlalu sibuk dengan urusan duniamu


Benarlah dugaanku bahwa engkau kini sudah benar-benar melupakanku
Bila malam tiba engkau tahan nongkrong berjam-jam di depan TV
Menonton pertandingan Liga Italia , musik atau Film dan Sinetron laga
Di depan komputer berjam-jam engkau betah duduk
Hanya sekedar membaca berita murahan dan gambar sampah


Waktupun cepat berlalu...aku menjadi semakin kusam dalam lemari
Mengumpul debu dilapisi abu dan mungkin dimakan kutu
Seingatku hanya awal Ramadhan engkau membacaku kembali
Itupun hanya beberapa lembar dariku
Dengan suara dan lafadz yang tidak semerdu dulu
Engkaupun kini terbata-bata dan kurang lancar lagi setiap membacaku.


Apakah Koran, TV, radio , komputer, dapat memberimu pertolongan ? Bila
engkau di kubur sendirian menunggu sampai kiamat tiba Engkau akan
diperiksa oleh para malaikat suruhanNya

Hanya dengan ayat-ayat Allah yang ada padaku engkau dapat selamat melaluinya.


Sekarang engkau begitu enteng membuang waktumu...
Setiap saat berlalu...kuranglah jatah umurmu...
Dan akhirnya kubur sentiasa menunggu kedatanganmu..
Engkau bisa kembali kepada Tuhanmu sewaktu-waktu
Apabila malaikat maut mengetuk pintu rumahmu.


Bila aku engkau baca selalu dan engkau hayati...
Di kuburmu nanti....
Aku akan datang sebagai pemuda gagah nan tampan
Yang akan membantu engkau membela diri
Bukan koran yang engkau baca yang akan membantumu Dari perjalanan di alam akhirat
Tapi Akulah "Qur'an" kitab sucimu
Yang senantiasa setia menemani dan melindungimu


Peganglah aku lagi . .. bacalah kembali aku setiap hari
Karena ayat-ayat yang ada padaku adalah ayat suci
Yang berasal dari Alloh, Tuhan Yang Maha Mengetahui

Yang disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad Rasulullah.


Keluarkanlah segera aku dari lemari atau lacimu...
Jangan lupa bawa kaset yang ada ayatku dalam laci mobilmu
Letakkan aku selalu di depan meja kerjamu
Agar engkau senantiasa mengingat Tuhanmu


Sentuhilah aku kembali...
Baca dan pelajari lagi aku....
Setiap datangnya pagi dan sore hari
Seperti dulu....dulu sekali...
Waktu engkau masih kecil , lugu dan polos...
Di surau kecil kampungmu yang damai
Jangan aku engkau biarkan sendiri....
Dalam bisu dan sepi....
Mahabenar Allah, yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.


Sumber : http://www.van.9f.com

Indahnya Istri shalihah


Rumah tangga bahagia? wah siapa yang tak kepingin? Ini sebuah kisah perjalanan rumah tangga seorang istri yang mencintainya suaminya semata-mata karena cintanya kepada Allah

Hari itu merupakan hari bahagiaku, alhamdulillah. Aku telah menyempurnakan separo dienku: menikah. Aku benar-benar bahagia sehingga tak lupa setiap sepertiga malam terakhir aku mengucap puji syukur kepada-Nya.

Hari demi hari pun aku lalui dengan kebahagiaan bersama istri tercintaku. Aku tidak menyangka, begitu sayangnya Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadaku dengan memberikan seorang pendamping yang setiap waktu selalu mengingatkanku ketika aku lalai kepada-Nya. Wajahnya yang tertutup cadar, menambah hatiku tenang.

Yang lebih bersyukur lagi, hatiku terasa tenteram ketika harus meninggalkan istri untuk bekerja. Saat pergi dan pulang kerja, senyuman indahnya selalu menyambutku sebelum aku berucap salam. Bahkan, sampai saat ini aku belum bisa mendahului ucapan salamnya karena selalu terdahului olehnya. Subhanallah.

Wida, begitulah nama istri shalihahku. Usianya lebih tua dua tahun dari aku. Sekalipun usianya lebih tua, dia belum pernah berkata lebih keras daripada perkataanku. Setiap yang aku perintahkan, selalu dituruti dengan senyuman indahnya.

Sempat aku mencobanya memerintah berbohong dengan mengatakan kalau nanti ada yang mencariku, katakanlah aku tidak ada. Mendengar itu, istriku langsung menangis dan memelukku seraya berujar, “Apakah Aa’ (Kakanda) tega membiarkan aku berada di neraka karena perbuatan ini?”

Aku pun tersenyum, lalu kukatakan bahwa itu hanya ingin mencoba keimanannya. Mendengar itu, langsung saja aku mendapat cubitan kecil darinya dan kami pun tertawa.

Sungguh, ini adalah kebahagiaan yang teramat sangat sehingga jika aku harus menggambarkanya, aku tak akan bisa. Dan sangat benar apa yang dikatakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Dunia hanyalah kesenangan sementara dan tidak ada kesenangan dunia yang lebih baik daripada istri shalihah.” (Riwayat An-Nasa’i dan Ibnu Majah).

Hari terus berganti dan tak terasa usia pernikahanku sudah lima bulan. Masya Allah.

Suatu malam istriku menangis tersedu-sedu, sehingga membangunkanku yang tengah tertidur. Merasa heran, aku pun bertanya kenapa dia menangis malam-malam begini.

Istriku hanya diam tertunduk dan masih dalam isakan tangisnya. Aku peluk erat dan aku belai rambutnya yang hitam pekat. Aku coba bertanya sekali lagi, apa penyebabnya? Setahuku, istriku cuma menangis ketika dalam keadaan shalat malam, tidak seperti malam itu.

Akhirnya, dengan berat hati istriku menceritakan penyebabnya. Astaghfirullah…alhamdulillah, aku terperanjat dan juga bahagia mendengar alasannya menangis. Istriku bilang, dia sedang hamil tiga bulan dan malam itu lagi mengidam. Dia ingin makan mie ayam kesukaanya tapi takut aku marah jika permohonannya itu diutarakan. Terlebih malam-malam begini, dia tidak mau merepotkanku.

Demi istri tersayang, malam itu aku bergegas meluncur mencari mie ayam kesukaannya. Alhamdulillah, walau memerlukan waktu yang lama dan harus mengiba kepada tukang mie (karena sudah tutup), akhirnya aku pun mendapatkannya.

Awalnya, tukang mie enggan memenuhi permintaanku. Namun setelah aku ceritakan apa yang terjadi, tukang mie itu pun tersenyum dan langsung menuju dapurnya. Tak lama kemudian memberikan bingkisan kecil berisi mie ayam permintaan istriku.

Ketika aku hendak membayar, dengan santun tukang mie tersebut berujar, “Nak, simpanlah uang itu buat anakmu kelak karena malam ini bapak merasa bahagia bisa menolong kamu. Sungguh pembalasan Allah lebih aku utamakan.”

Aku terenyuh. Begitu ikhlasnya si penjual mie itu. Setelah mengucapkan syukur dan tak lupa berterima kasih, aku pamit. Aku lihat senyumannya mengantar kepergianku.

“Alhamdulillah,” kata istriku ketika aku ceritakan begitu baiknya tukang mie itu. “Allah begitu sayang kepada kita dan ini harus kita syukuri, sungguh Allah akan menggantinya dengan pahala berlipat apa yang kita dan bapak itu lakukan malam ini,” katanya. Aku pun mengaminkannya.* (Kusnadi Assaini/Hidayatullah)


POSISI ANDA DI DEPAN ALLAH


Jika Anda mulai berorientasi serba duniawi, memburu duniawi, itu tandanya Allah sedang menghina Anda.

Jika Anda sedang berorientasi dalam ubudiah, itu tandanya Allah sedang menolong Anda.

Jika Anda sibuk dengan urusan sesama manusia, sampai lupa dengan Allah, itu tandanya Allah sedang berpaling dari diri Anda.

Jika Anda dijauhkan dari rintangan-rintangan menuju kepada Allah, sesungguhnya Allah sedang mendidik budi pekerti kehambaan Anda.

Jika Anda bergairah dalam mu'najat kepada-Nya, itu tandanya Allah sedang mendekati Anda.

Jika Anda ridho atas ketentuan-Nya dan ridho bersama-Nya, itu tandanya Allah ridho kepada diri Anda."

(Syeikh Zaruq)


Kamis, 18 Juni 2009

Jangan Hidup Seperti Burung


Dalam al-Qur'an terdapat kisah yang sangat menarik untuk dijadikan uswah. Di mana ada seorang ibu yang bercita-cita ingin menjadikan anknya seorang hamba yang shalih. Hamba yang akan menegakkan agama Allah di permukaan bumi.

Kisah itu tertuang pada surah Ali 'Imran 35: "(Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: 'Ya Rabbku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu daripadaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui'."

Dia tidak menginginkan anaknya menjadi seorang yang punya gelar kesarjanaan, jabatan dan kedudukan yang terhormat. Dia tidak menginginkan sesuatu yang sifatnya keduniawian yang hanya berkisar pada pemenuhan kebutuhan perut, syahwat dan tempat tinggal.

Mencari nafkah memang perlu, bahkan wajib. Demikian juga mencari tempat tinggal, juga perlu. Akan tetapi hidup yang dikaruniakan Allah ini, bukan hanya untuk mencari makan, lalu menikah dan beranak pinak saja. Setelah anaknya dewasa disuruhlah mereka mencari nafkah sendiri.

Jika hidup hanya seperti ini, sama dengan hidupnya burung. Pagi-pagi sudah bertebaran mencari makanan, kembali ke sarang perutnya sudah kenyang. Anak-anaknya yang masih kecil-kecil di dalam sarang dikasih makanan yang dibawanya. Malamnya kumpul kembali sekeluarga di sarang. Pekerjaan ini terus berlangsung setiap hari sampai anaknya bisa mencari makan sendiri. Burung-burung yang telah dewasa mengerjakan pula rutinitas seperti seniornya. Mencari makan, kawin, bikin rumah dan membesarkan anak.

Bila gelar, pangkat dan kedudukan yang tinggi hanya untuk memenuhi kebutuhan perut dan di bawah perut, tentulah hidupnya berada pada derajat yang rendah. Tidak ada cita-cita lain dalam hidupnya kecuali untuk itu. Bekerja untuk mencari makan. Makan untuk bekerja. Berputar terus dari itu ke itu.

Padahal tugas manusia bukan untuk itu. Tugas manusia adalah menjadi khalifah, wakil Allah di muka bumi. Sebagai wakil Allah, haruslah ia berusaha menjalankan aturan-aturan Allah di permukaan bumi. Menegakkan kalimah-Nya dan memenangkan agama-Nya.

Jika hidup hanya unutk mencari makan saja, cecak pun bisa. Dia yang hanya menempel di dinding dan tidak bisa terbang, tapi tetap bisa hidup dengan memakan hewan-hewan yang punya sayap. Dia hanya menunggu nyamuk-nyamuk yang kekenyangan hinggap di dinding, sehingga dapat menangkapnya dengan mudah.

Lihatlah istri 'Imran, dia hanya mencita-citakan anaknya menjadi anak yang shalih dan berkhidmat di Baitul Maqdis. Dia tidak mencita-citakan anaknya mendapatkan pangkat, kedudukan, kekayaan dan lain sebagainya yang sifatnya hanya duniawi semata.

Adakah di zaman sekarang ini seorang ibu yang mempunyai cita-cita seperti itu? Rasanya hanya sedikit orang saja yang mempunyai cita-cita seperti itu. Pastilah kita dapati kebanyakan ibu-ibu menghendaki anaknya mempunyai status sosial yang tinggi. Punya gelar, kedudukan, pangkat, jabatan, atau menjadi orang kaya.

Cita-cita yang dimiliki istri 'Imran ini memang langka dan aneh menurut ukuran dan pola pandang orang sekarang. Tapi itulah cita-cita yang akan membedakan kedudukan manusia dengan makhluk lainnya. Manusia mulia karena fungsi kekhalifahannya didayagunakan. Yakni menegakkan kalimah tauhid di belahan bumi manapun. Itulah tugas utama seorang hamba. Dari tingkat rasul sampai kepada tingkat kita sebagai manusia biasa.

Sang ibu bila mempunyai cita-cita yang mulia ini, janganlah lupa bila telah terlahir seorang anak, maka cepat-cepatlah meminta pertolongan, perlindungan dan pemeliharaan Allah dari syetan yang terkutuk. Syetan tidak akan tinggal diam membiarkan anak tersebut mencapai cita-citanya. Pastilah dia akan menggoda, merayu dan membisikkan bisikannya yang penuh tipu daya agar anak tersebut langkah-langkahnya menyimpang dan tersesat. Syetan akan berusaha menggelincirkannya pada jalan yang menjerumuskannya pada kemungkaran.

Inilah perlunya meminta pertolongan dan perlindungan Allah. Jika Allah telah melindunginya pastilah dia akan terpelihara dari godaan syetan yang akan menyesatkannya.

Akan tetapi cita-cita yang luhur, agung dan mulia saja belum cukup untuk mendapatkan anak yang diidam-idamkan itu. Masih ada perangkat lain yang menunjang tercapainya tujuan ini. Yakni pendidikan dan lingkungan.

Maryam -anak keluarga 'Imran- menjadi hamba yang shalihah dan taat berkat adanya didikan dan lingkungan yang mengantarkannya. Dia dididik oleh manusia pilihan Allah, Nabi Zakaria. Maryam dididiknya dengan baik dan pemeliharaan yang penuh kasih sayang. Tumbuhlah Maryam menjadi seorang manusia yang suci. Manusia yang diberi keistimewaan oleh Allah SWT.

Jelaslah di sini bahwa untuk mewujudkan cita-cita itu perlu pendidikan, lingkungan dan suasana yang mendukung. Keinginan untuk menjadikan anak yang shalih harus didukung faktor-faktor tersebut. Tanpa itu, jangan harap bisa menjadi kenyataan. Berat untuk mewujudkan kalau anak-anak kita dididik dengan pendidikan yang jauh dari norma-norma agama.

Pendidikan yang berkiblat ke Barat yang sekuler, adalah pendidikan yang membentuk kepribadian anak menjadi materialistis dan hedonis. Ditambah lagi dengan lingkungan yang bisa menyeret pada tindak kelakuan menyimpang dari fitrah kemanusiaan. Yang hanya menumbuhkembangkan dominasi nafsu dan mematikan peran serta ruh.

Langkah-langkah yang dipakai atau digunakan untuk membentuk anak yang shalih dan mempunyai cita-cita menegakkan kalimah Allah adalah dengan memasukkan anak-anak kita pada tempat yang telah dikondisikan untuk itu. Di tempat yang sudah menyiapkan perangkat-perangkat yang memprogram proses penumbuhan cita-cita mulia ini. Lingkungan dan pendidikan yang bisa menjabarkan tentang tugas dan kewajiban seorang hamba yang diciptakan Allah.

Apa perlunya Allah menciptakan manusia? Dan apa peranannya di muka bumi? Apakah hanya untuk makan, kawin dan bikin pondokan? Perlu sekali kita sebagai seorang muslim untuk mengetahui itu semua. Apalah artinya kita hidup di dunia ini bila tidak mengetahui peran dan fungsi kita. Tidak ada nilai lebih yang kita dapati, bila dalam kehidupan ini tidak mengetahui arah dan tujuannya.

Untuk mencari tempat atau lingkungan seperti itu di zaman sekarang ini memang cukuplah sulit. Lingkungan yang ditata secara alamiah, ilmiah dan Islamiah. Lingkungan yang menumbuhkembangkan ghirah keislaman dan pendayagunaan peranan manusia sebagai seorang khalifah. Seseorang yang menjadi pesuruh-pesuruh Allah dalam menerapkan aturan-aturan-Nya, ayat-ayat-Nya atau ketentuan-ketentuan-Nya di permukaan bumi. Seseorang yang akan berjuang terus selama kalimah la ilaha illallah belum bisa ditegakkan. Selama syariat-syariat Allah belum dijalankan. Dan selama firman-firman Allah belum diterapkan.

Kesulitan untuk mencari tempat seperti ini janganlah menjadikan kita berputus asa. Insya Allah bila kita telah mencita-citakan untuk li i'laikalimatillah yang mulia dan berusaha untuk terus mencari, pastilah Allah akan mengantarkan kita pada tempat yang diidamkan. Allah SWT akan mengantarkan dan menunjuki jalan kepada hamba-Nya yang selalu mencari kebenaran. Hidayah Allah akan diberikan kepada makhluk yang Dia kehendaki.

Sungguh agung cita-cita ini. Tiada lagi cita-cita yang bisa mengantarkan kemuliaan kecuali cita-cita menegakkan kalimah Allah. Berbahagialah hamba-hamba Allah yang berkeinginan mendapatkan derajat kemanusiaan yang tertinggi dan terhormat. Cita-cita yang akan mendapatkan imbalan dari Allah berupa kenikmatan yang tiada taranya, yakni jannah. Kenikmatan yang belum pernah terlintas pada pendengaran, penglihatan, dan hati. Hidup kekal selamanya dalamnya.

Sumber : http://www.unri.ac.id

Tujuh Ciri Mendapatkan Kebaikan di Dunia


“Dan diantara mereka ada orang yang berdoa : “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan periharalah kami dari siksa neraka.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 201)

Menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya Dzat yang kita mintai pertolongan adalah sebuah keharusan. Sebab, Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Setiap kejadian, Allah-lah yang menentukannya. Dia menentukan takdir setiap urusan makhluk-Nya. Karenanya, jangan heran jika setiap muslim dianjurkan berdoa kepada Allah baik dalam keadaan sempit atau pun lapang, agar kebaikan selalu ada bersamanya.

Ada sebuah doa yang sudah menjadi favorit kaum muslimin agar memperoleh kebaikan di dunia dan akhirat. Setiap berdoa, kita biasanya tidak melewatkan untuk membaca doa ini. Doa ini berbunyi, “Rabbana atina fi dunya hasanah wa fil akhirati hasanah waqina ‘adzabannar”. Artinya, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.”

Para ulama memberikan keterangan berkaitan harapan setiap muslim melalui doa itu. Berkaitan dengan kalimat “fi dunya hasanah”, setidaknya ada tujuh hal yang akan diperoleh seorang muslim jika doanya dikabulkan Allah SWT.

Pertama, selalu bersyukur kepada Allah. Setiap muslim yang telah memperoleh kebaikan di dunia, akan selalu bersyukur kepada Allah SWT apapun ketentuan Allah kepadanya. Saat diberi kenikmatan ia makin bersyukur dan ketika diberi musibah ia bersabar. Orang-orang yang selalu bersyukur kepada-Nya akan terus diberi kenikmatan hidup oleh-Nya. “Lain syakartum laazidannakum”, artinya, “Apabila kalian bersyukur niscaya akan kutambah nikmat-Ku kepadamu,” kata Allah SWT dalam Al-Quran.

Kedua, memiliki pendamping yang shalih/shalihah. Setiap muslim yang diberi kebaikan di dunia akan diberi pendamping yang baik. Seorang laki-laki akan mendapatkan istri yang shalihah. Dan begitu pula seorang wanita akan mendapatkan suami yang shalih.

Ketiga, memiliki anak yang shalih dan shalihah. Memiliki anak yang shalih dan shalihah adalah harapan setiap orang tua muslim. Anak yang shalih atau shalihah adalah investasi terbaik setiap muslim. Keshalihan seorang anak akan memberikan manfaat kepada keluarga, bangsa dan agamanya. Sudah tentu, pahalanya akan mengalir deras kepada kedua orang tuanya.

Keempat, memiliki harta yang berkah. Harta yang berkah bukanlah berati banyak melimpah ruah. Keberkahan harta tidak terkait dengan jumlah. Tetapi, harta yang berkah merupakan harta yang bisa memberikan manfaat bagi pemiliknya dan orang lain. harta tersebut diperoleh dengan cara halal dan digunakan untuk keperluan fi sabilillah. Harta itu akan menjadi jalan amal shalih bagi pemiliknya. Tentu saja, akan lebih baik bila kita memiliki harta yang banyak dan berkah dibandingkan sedikit tapi tidak berkah.

Kelima, tidak memiliki hutang. Memiliki hutang tidaklah dilarang dalam ajaran Islam. Hanya saja, hutang bisa menyebabkan hidup seseorang kurang nyaman dan bahagia. Biasanya, orang yang memiliki hutang kurang dihargai orang lain, terlebih oleh orang yang memberikan piutang. Setiap muslim harus berusaha untuk melunasi hutang dengan sungguh-sungguh. Sebab, hutang bisa menyebabkan ditangguhkannya masuk ke surga sebelum hutangnya dilunasi, meskipun ia mati dalam jihad fi sabilillah.

Keenam, ilmunya bermanfaat. Banyak orang yang memiliki ilmu, namun hanya sedikit ilmunya bermanfaat. Orang-orang yang mendapatkan kebaikan di dunia (fi dunya hasanah), jika memiliki ilmu maka ilmunya akan bermanfaat bagi orang lain dan agama.

Ketujuh, umurnya berkah. Usia yang berkah tidak terkait dengan usia yang panjang. Seseorang yang umurnya berkah selalu menjadikan tiap ada detik waktu yang disia-siakannya. Sepanjang usianya ia gunakan untuk beribadah, beramal dan berdakwah. Ia tebarkan manfaat kepada siapa pun. Ia bergaul dengan orang-orang shalih agar kecipratan keberkahan hidup. Baginya, tidak ada waktu kecuali beramal, beramal, dan beramal.

Untuk itu, berdoalah selalu kepada Allah SWT agar diberi kebaikan dan keselamatan dalam kehidupan ini. Teruslah bersyukur atas semua nikmat-Nya dan bersabar terhadap musibah-Nya. Bekerjalah untuk memperoleh rezeki yang halal dengan cara yang halal. Didiklah putera puteri kita agar menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah. Tebarkanlah selalu kebaikan agar usia kita berkah dan bermanfaat.

Wallahu a’lam bishshawwab.

PANTUN NASEHAT

Banyak sayur dijual di pasar
Banyak juga menjual ikan
Kalau kamu sudah lapar
cepat cepatlah pergi makan

Kalau harimau sedang mengaum
Bunyinya sangat berirama
Kalau ada ulangan umum
Marilah kita belajar bersama

Hati-hati menyeberang
Jangan sampai titian patah
Hati-hati di rantau orang
Jangan sampai berbuat salah

Manis jangan lekas ditelan
Pahit jangan lekas dimuntahkan
Mati semut karena manisan
Manis itu bahaya makanan.

Buah berangan dari Jawa
Kain terjemur disampaian
Jangan diri dapat kecewa
Lihat contoh kiri dan kanan

Di tepi kali saya menyinggah
Menghilang penat menahan jerat
Orang tua jangan disanggah
Agar selamat dunia akhirat

Tumbuh merata pohon tebu
Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta miskin ilmu
Bagai rumah tidak berdinding

Pinang muda dibelah dua
Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah

Anak ayam turun sepuluh
Mati satu tinggal sembilan
Tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh
Supaya engkau tidak ketinggalan

Anak ayam turun sembilan
Mati satu tinggal delapan
Ilmu boleh sedikit ketinggalan
Tapi jangan sampai putus harapan

Anak ayam turun delapan
Mati satu tinggal lah tujuh
Hidup harus penuh harapan
Jadikan itu jalan yang dituju

Ada ubi ada talas
Ada budi ada balas
Sebab pulut santan binasa
Sebab mulut badan merana

Jalan kelam disangka terang
Hati kelam disangka suci
Akal pendek banyak dipandang
Janganlah hati kita dikunci

Bunga mawar bunga melati
Kala dicium harum baunya
Banyak cara sembuhkan hati
Baca Quran paham maknanya

Ilmu insan setitik embun
Tiada umat sepandai Nabi
Kala nyawa tinggal diubun
Turutlah ilmu insan nan mati

Ke hulu membuat pagar,
Jangan terpotong batang durian;
Cari guru tempat belajar,
Supaya jangan sesal kemudian.

Tiap nafas tiadalah kekal
Siapkan bekal menjelang wafat
Turutlah Nabi siapkan bekal
Dengan sebar ilmu manfaat

Dari berbagai sumber
http://www.perpustakaan-online.blogspot.com


Di tepi kali saya menyinggah
Menghilang penat menahan jerat
Orang tua jangan disanggah
Agar selamat dunia akhirat

Tumbuh merata pohon tebu
Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta miskin ilmu
Bagai rumah tidak berdinding

Pinang muda dibelah dua
Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah

Kemumu di tengh pekan
Di hembus angin jatuh ke bawah
Ilmu yang tak pernah di amalkan
Bagai pohon tak berbuah

banyak hari antara hari
tak semulia hari jumat
banyak nabi antara nabi
tak semulia nabi Muhammad

Pisang emas dibawah berlayar
Masak sebiji dimasukkan peti
Utang emas dapat dibayar
Utang budi dibawa mati

Banyak sudah buah semangka
Dibawah anak dalam sampan
Banyak sudah anak jejaka
Hanya kakak paling tampan

Timun emas membawa paku
Lari kencang takut raksasa
Rajin membaca bertambah ilmu
Rajin bekerja bertambah harta

Putri salju amat cantik
Baik budi suka menolong
Ingin jadi anak baik
Jangan suka bicara bohong

Anak kancil pakai dasi
Celana biru baju kuning
Kalau ingin rai h prestasi
Tepat waktu sangatlah penting

Seekor harimau mengejar domba
Domba lari sangatlah cepat
Jika hidup banyak dosa
Jangan tunda untuk bertobat

Kalau gugur gugurkan nangka
Jangan ditimpa cabang pauh
Kalau tidur tidurkan mata
Jangan ditimpa orang jauh

alan-jalan ke kota naik kuda
jangan lupa membeli celana
wahai kawan jauhilah narkoba
jika tidak ingin celaka

(Diambil dari berbagai sumber)

Semoga kita bisa mengambil hikmahnya.

dialog imajiner dengan koruptor soleh


Fenomena orang sholeh secara formal yang korupsi
sungguh membingungkan. Apa yang ada dipikiran mereka
manakala mereka naik haji dan umrah berkali-kali tapi
tetap bolak-balik korupsi. Di bawah ini ada dua dialog
imajiner dengan koruptor yang sholeh. Dua dialog ini
mewakili koruptor berIQ jongkok tapi tentu saja pandai
menyenangkan atasan. Sehari-hari beliau bertugas
sebagai pejabat BUMN. Satunya lagi koruptor yang
menjadikan agama sebagai sarana mencapai kenikmatan
duniawi dan bertuhankan materi. Sehari-hari beliau
sebagai pengusaha rekanan BUMN dan departemen
pemerintah. Kedua koruptor ini pandai bermasyarakat
dan dikenal dermawan. Yang pertama kita sebut koruptor
soleh 1 (KS1) dan kedua kita sebut koruptor soleh 2
(KS2).

Dialog dengan KS1

Wartawan:
Apakah benar bapak ini koruptor?

Koruptor Sholeh (KS1):
Ah, nggak. Mana buktinya? Paling-paling saya dapat
hadiah dari rekanan atau kalau saya perlu sesuatu
mereka biasanya cukup sensitive untuk membantu.

Wartawan:
Kalau bapak tidak menerima hadiah dari rekanan tsb,
apakah bapak masih akan memberikan proyeknya kepada
mereka?

KS1:
Ya, kita kan saling pengertian lah. Kalau rekanan
kurang pengertian, gimana dong?

Wartawan:
Bukankah ada cerita dimana Umar Ibnu Aziz bahkan
mematikan lampu, manakala dia menerima tamu pribadi?

KS1:
Itu kan jaman dulu. Jaman sekarang mana bisa Mas.
Semua ada harganya.

Wartwan:
Oooo gituuuu (dalam hatinya percuma meneruskan
wawancara dengan koruptor yang ijasah doktornya di
dapat dari suatu lembaga di Amerika tapi tidak bisa
ditelusuri letaknya).

______________________________________
Dialog dengan KS2

Wartawan:
Apakah bapak koruptor?

KS2:
Ya terserahlah. Semua orang juga begitu lah mas.
Jangan munafik deh. Saya nyumbang ke lingkungan saya
tinggal, nyumbang untuk organisasi olah raga, ke
partai politik, ke pesantren, bahkan untuk bikin rumah
ibadah.

Wartawan:
Kan korupsi tidak diperbolehkan agama pak?

KS2:
Ini kan darurat mas. Kalau saya nggak sogok sana sogok
sini mana bakalan saya dapat proyek besar. Sedangkan
proyek besar kan kebanyakan dari pemerintah.

Wartawan:
Sampai kapan bapak anggap situasi darurat ini
berlangsung dan setelah berapa besar usaha bapak
sampai memutuskan berhenti berkolusi?

KS2:
Saya nggak tau mas. Saya rasa selama situasinya masih
begini saya susah untuk tidak melakukan ini. Kalau
saya berhenti menyogok nanti orang lain yang akan
melakukannya?

Wartawan:
Ya biarkan aja pak. Kan bapak terkenal sebagai orang
yang taat beribadah. Itu jelas-jelas melanggar aturan
agama pak?

KS2:
Coba sampeyan bayangkan kalau proyek ini diambil oleh
orang yang agamanya lain dengan saya. Berarti
keuntungannya kan jatuh ke orang yang beragama lain
tsb. Nanti agama itu akan semakin ekspansif aja dong.
Dan banyak orang yang disumbang oleh orang tsb dan
akhirnya pengikut agama saya akan makin sedikit aja.
Iya nggak?

Wartawan:
Tapi kan pak, Rosul kita mengajarkan untuk tidak
menghalalkan cara untuk mencapai tujuan?

KS2:
Lagi-lagi ini darurat mas. Situasi sekarang kan beda.

Wartawan:
Bapak kok kelihatannya enak ya hidupnya. Bisa ke tanah
suci berkali-kali dan memiliki rumah yang bagus dan
simpanan yang cukup. Bukankah Rosul mecontohkan hidup
sederhana pak? (Dalam hati wartawan ini, sebelum
menjadi Rosul, beliau adalah pedagang yang kaya raya.
Kekayaannya tentu saja diperoleh dengan cara halal.
Dan kekayaan tersebut dihabiskan untuk memperjuangkan
agama yang benar. Setelah menaklukkan dataran
Arabiapun beliau tetap hidup dengan sangat sederhana).

KS2:
Saya kan manusia biasa mas, bukan Nabi. Lagi pula saya
sudah sebutkan tadi saya menyumbangkan kekayaan saya
untuk urusan akhirat. Mungkin sekitar 30% kekayaan
saya, saya sumbangkan. Coba mana ada yang dermawan
seperti saya?

Wartawan:
Menurut bapak seandainya boleh memilih lebih baik
bapak jadi pengusaha jujur tapi hidupnya sangat
sederhana atau seperti sekarang kaya raya?

KS2:
Pertanyaannya kok aneh. Ya udah jelas saya milih
seperti sekarang. Kalau saya seperti dulu mana bisa
saya nyumbang kemana-mana?

Wartawan:
Tapi pak, kan harta bapak diperoleh dengan tidak
syarÃÊ. Bukankah kalau bapak menyumbangkan semua harta
bapak tetap aja bapak salah karena tujuan tidak
menghalalkan cara. Selain itu bukankah masyarakat umum
dirugikan karena uang yang dikorupsi seharusnya bisa
untuk membuat jalan, rumah sakit, sekolah dsb?

KS2:
Wah sampeyan bikin saya pusing. Hidup di dunia ini
mesti kompromi mas. Mana ada orang yang suci. Saya
punya teman pegawai negeri yang jujur. Dia hidupnya
susah, suatu saat istrinya masuk rumah sakit karena
kanker, ya saya kasih bantuan. Biaya pengobatan saya
tanggung semua. Saya bilang ke teman saya ini, udahlah
nggak usah dipikirkan, pokoknya istrimu dirawat dengan
baik. Ada juga teman saya yang lain yang profesinya
juga pengusaha seperti saya tapi orangnya maunya lurus
aja. Suatu saat dia perlu dana untuk mengerjakan
proyeknya, ya saya kasih, tanpa bunga lho!

Wartawan:
Iya ya pak. Tapi mohon maaf pak, apakah menurut bapak
lebih mulia jadi pengusaha jujur tapi biasa aja atau
pengusaha kaya yang berkolusi tapi bisa nyumbang sana
sini?

KS2:
Saya tidak tahu. Tapi saya rasa saya kan lebih berguna
buat agama dan umat saya karena saya bisa menyumbang
besar untuk agama dan umat saya tersebut.

Wartawan:
Sekali lagi maaf pak, saya cuma ingin tahu, apakah
sebenarnya bapak lebih takut miskin atau lebih takut
dengan Tuhan bapak?

KS2:
Ya lebih takut dengan Tuhan saya dong.

Wartawan:
Berarti bapak lebih takut dosa berbuat korupsi
daripada takut miskin?

KS2:
Wah saya rasa itu bukan trade off seperti itu. Anda
ini seolah-olah membuat kedua hal ini jadi pilihan
yang sulit dihindari.

Wartawan:
Menurut saya bapak lebih takut hidup miskin daripada
takut Tuhan. Bapak menomorduakan Tuhan.

KS2:
Saya tidak setuju dengan pendapat sampeyan. Saya tidak
merasa seperti itu. Saya juga sering jiarah ke tanah
suci. Itu bukti saya taat beribadah.

Sang wartwan kehabisan kata-kata. Sang KS2 terus
melakukan aksinya dan masyarakat tetap menghormati
orang ini. Sebagai pengusaha beliau memiliki mobil
mewah yang sangat mahal dan rumah yang besar dan indah
tapi juga dia sangat dermawan kepada orang, partai
atau lembaga yang membutuhkan uluran dananya.

Sang wartawan cuma bisa sedih dan berdoa mudah-mudahan
masih ada orang yang jujur dan amanah sehingga Negara
dan umat bisa selamat dunia akhirat.

Sumber :

http://imamrasyidi.blogsome.com

DIALOG IMAJINER KYAI DAHLAN & KI HAJAR





Alkisah di akhirat, bertemulah KH. Ahmad Dahlan dengan temannya, Ki Hajar Dewantara sesama begawan pendidikan nasional di negara antah berantah, Indonesia. Karena sudah tidak lama berjumpa, keduanya terlibat pembicaraan mengenai kondisi pendidikan di negara mereka dulu.

“Assalamu’alaikum, Ki”, Kyai Dahlan menyapa Ki Hajar. “Wa’alaikum salam, Kyai,” jawab Ki Hajar”Apa kabar dan apa aktifitas Kyai di alam akhirat selama ini?”. Kyai Dahlan pun menjawab : “Baik, di alam akhirat ini saya masih mengajar. Banyak orang yang sudah meninggal yang saya temui masih dangkal ilmunya, baik ilmu agama maupun ilmu dunianya. Rupanya jiwa pendidik saya tidak berhenti pada saat saya hidup saja, ketika mati pun ilmu saya harus diajarkan dengan ikhlas dan serius. Ki Hajar sendiri bagaimana?”

“Sama dengan pak Kyai. Saya berusaha sekuat tenaga meluruskan pemahaman masyarakat negara kita dulu tentang paradigma pendidikan, meski terlambat karena mereka sudah meninggal. Setidaknya saat ditanya Allah di padang mahsyar nanti mereka tidak salah jawab”, ujar Ki Hajar. “Memangnya kenapa dengan paradigma pendidikan masyarakat di negara kita dulu?,” tanya Kyai Dahlan.

“Orang-orang di negara kita memang berhasil membangun lembaga pendidikan yang besar-besar gedungnya, sekolah ada dimana-mana, bahkan saya dengar berita dari beberapa orang yang baru meninggal, di sana pendidikan mulai di gratiskan,” jawab Ki Hajar. Karena heran, Kyai Dahlan bertanya : “Kan itu perkembangan positif Ki?”

“Memang, tetapi beberapa dari mereka menganut paradigma yang mulai melenceng. Pendidikan tidak lebih dari proses mendapat kerja bukan memahami dunia. Seolah menuntut ilmu adalah tuntutan dalam mencari uang di masa depannya, bukan dalam menggapai kebenaran. Budaya instan merajalela, di LBB siswa diajarkan menjawab soal, bukan memahami persoalan. Dalam ujian, yang penting adalah lolos, bukan lulus. Bahkan yang lebih memprihatinkan, guru cenderung menjadi pekerjaan bukan panggilan kesadaran. Ikhlas tidaknya mereka mengajar berbanding lurus dengan gaji dan tunjangan. Apalagi di sekolah milik negara, guru diincar karena itu berarti bisa dapat pensiun saat tua. Hingga untuk mendapatkannya banyak yang berlaku curang,” jawab Ki Hajar. “Bagaimana dengan perkembangan sekolah swasta yang Kyai Dahlan rintis?”

“Tidak jauh berbeda Ki. Yang membuat saya prihatin adalah mereka merasa rendah diri di hadapan sekolah milik negara. Itu kan ahistoris, saya mendirikan sekolah swasta jauh sebelum negara ini merdeka dan memiliki sekolah. Tetapi sekolah swasta sekarang tidak punya keberanian merumuskan sistem pendidikan mereka sendiri. Dan lagi Ki, pendidikan Agama Islam dan Kemuhammadiyahan dianggap tidak penting, jadinya moral siswa berantakan.” Jawab

Tiba-tiba ada orang datang, rupanya dia baru meninggal. Dia tampak sedih. Kyai Dahlan dan Ki Hajar menyapa orang itu. “Ada apa gerangan ki sanak, sepertinya anda sedih?”. Orang itu menjawab: “Semasa hidup saya seorang guru, saya meninggal karena dihakimi massa akibat perbuatan saya mencabuli siswi saya sendiri”.

Ada lagi yang datang, kali ini seorang remaja. Dia juga tampak sedih. Kyai Dahlan dan Ki Hajar pun menyapanya. “Ada apa gerangan nak? Kok tampak sedih?”. Dijawab oleh anak muda itu. “Saya meninggal karena bunuh diri. Hal itu saya lakukan karena stress tidak lulus ujian nasional, padahal saya sudah menyiapkan contekan dan beli jawaban dari calo,” jawabnya.

Kemudian ada lagi yang datang. Seorang pemuda. Karena tampak sayu, Kyai Dahlan dan Ki Hajar juga bertanya. “Ada apa gerangan mas? Kok telihat tidak semangat!”. “Saya mahasiwa yang meninggal karena tawuran,” jawabnya.

Mendengar jawaban mereka. Kyai Dahlan dan Ki Hajar kaget. Mereka sepakat untuk kembali ke dunia dan memperbaiki kondisi pendidikan di negara mereka. “Ayo kita minta kepada Allah untuk memberikan kita nyawa lagi supaya kita bisa hidup dan meluruskan semua ini. Apa jadinya negara kita jika insan pendidikan seperti ini”. Namun belum sempat minta dihidupkan, malaikat menghentikan keduanya.

Kepada Kyai Dahlan dan Ki Hajar, malaikat berkata : “Kyai Dahlan dan Ki Hajar yang saya hormati. Maaf, anda berdua tidak bisa hidup lagi. Untuk mewujudkan keinginan anda berdua, maka anda bisa mentransformasikan pemikiran dan keinginan anda saja kepada yang masih hidup. Insyaallah, masih ada yang bisa merasakan semangat kebenaran anda berdua saat ini juga,” kata malaikat.

Dengan berlinangan air mata keduanya mengangguk. Dan mereka berdua berharap, hanya bisa berharap. []

Penulis : afkareem

www.ahmadfk.wordpress.com

Pedoman Hidup



1. Jika sudah terjadi masalah, tdk harus dihindari (bingung), tapi HARUS DIHADAPI dengan tenang dipikirkan jalan keluarnya) dan pasti selesai/ ada jalan keluarnya.

2. Menghadapi semua hal, tdk boleh berpikir negatif, seperti: "saya pasti tdk mampu", "saya tdk bisa", dan seterusnya. Tapi selalu berpikir positif, seperti: "saya bisa, pasti ada jalan keluarnya" dan lain lain.


3. Sudah dan senang semuanya tergantung pikiran saja!! ( Pikiran adalah pelopor!!). Jadi jaga pikiran kita baik - baik. Jangan pikir yang jelek/negatif. Selalu berpikir yang positif (baik).

4. Segala kesulitan/kesusahan akan berakhir. sebesar apapun masalahnya akan selesai juga dengan berjalannya waktu. Seperti pepatah mengatakan : TIDAK ADA PESTA YANG TIDAK BERAKHIR.

5. Orang yg sukses 85% ditentukan dari sikap/prilaku, 15% baru ditentukan ketrampilan. Jadi sikap kita dalam hidup ini sangat penting.

6. Segala sesuatu berubah (anicca). Kita tdk perlu susah. Misalnya : sekarang susahnya, selanjutnya pasti berubah menjadi senang. sekarang ada orang yang tdk senang pada kita, suatu saat nanti akan baik juga.

7. Hukum karma, berarti berbuat baik akan mendapat hasil baik dan sebaliknya, seperti tanam padi, pasti panen padi. Ingat!! Usahakan setiap saat selalu berbuat (tanam) kebaikan agar mendapatkan (panen) kebaikan. Jgn melakukan kejahatan. Dan jgn berharap mendapat balasan dari perbuatan baik kita!!!

8. Kesehatan asalah paling nomor satu (berhaga). Jaga kesehatan kita dengan olahraga, istirahat yang cukup dan jangan makan sembarangan.

9. Hidup ini penuh dengan masalah/persoalan/penderitaan. Jadi kita sdh tahu TIDAK MUNGKIN SELALU LANCAR/TENANG. Siapkan mental, tabah, sabar dan tenaga untuk menghadapinya. itulah kenyataan hidup yang harus dihadapi oleh setiap manusia.

10. Masa depan seseorang sangat tergantung pada sikap dan buku buku yang dibaca. Jadi membaca sangat penting dan menentukan masa depan seseorang.

11. Jangan membicarakan kejelekan orang lain, karena kita akan dinilai jelek oleh orang yg mendengarkannya.

12. Pergaulan sangat penting dan merupakan salah satu kunci sukses. Boleh bergaul dengan orang jahat maupun baik asal kita HARUS TAHU DIRI/JANGAN TERPENGARUH LINGKUNGAN. Lebih baik lagi apabila kita bisa menuntun yang jahat ke jalan yang benar.

13. Budi orang tua, tidak dapat dibayar dengan apapun juga. begitu juga dengan budi orang2 yang telah membantu kita.

14. Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Jadi jangan minder dengan kekurangan kita. dan jangan iri dengan kelebihan orang. HARGAILAH DIRIMU APA ADANYA!!!

15. JANGAN MEMPERTENTANGKAN (MEMPERDEBATKAN) hal hal kecil yang tdk berguna dengan siapapun juga.

16. Kunci sukses dlm hidup ini, selalu bersemangat, berusaha, disiplin, sabar, bekerja keras, rajin berdoa/sembahyang, banyak berbuat baik serta tdk blh berputus asa.

17. Jangan Menilai orang dari Harta(kekayaan), penampilan ataupun kondisi fisik. Semua orang itu SAMA!!!

Sumber : tiens-oke.blogspot.com

Rabu, 17 Juni 2009

Masa Lalu atau Masa Depan?


Mungkin, Anda pernah berpikir atau mengatakan:

“Saya tidak bisa melakukannya.”
“Saya tidak mampu.”

Pernyataan ini menggambarkan suatu kondisi Anda. Pertanyaanya, kondisi kapan? Masa lalu atau masa depan?

“Oh tidak, pernyataan ini menggambarkan kondisi saya saat ini. Saya memang tidak bisa melakukannya saat ini.”

Mari kita tanyakan lagi, mengapa tidak bisa? Mengapa Anda pikir Anda tidak bisa?

“Karena kemampuan saya sekarang sebatas ini.”

Kenapa hanya sebatas ini?

“Inilah hasil belajar dan pengalaman saya selama ini.”

Hasil belajar dan pengalaman masa lalu kan?

“Iya sich.”

Jadi kondisi Anda saat ini adalah hasil dari masa lalu. Masa lalu dimulai dari detik ini ke belakang.

Lalu bagaimana dengan masa depan? Apakah Anda tidak bisa belajar lagi?

“Ya tentu, saya bisa belajar.”

Apakah Anda bisa melakukan hal baru jika belajar?

“Mungkin.”

“Mungkin” adalah starting point yang lebih baik dibanding kata “tidak bisa”. Kata “mungkin” mengandung sebuah harapan, sebaliknya kata “tidak bisa” memupus harapan.

Dulu, ada seorang kerabat saya mengatakan

“Uang dari mana untuk membiayai anak kuliah?”

Itu dulu…

Sekarang?

Anaknya kuliah!

Dulu, ayah saya berkata kepada saya:
“Sekarang memang tidak punya uang, tetapi jika Allah mengijinkan, kamu bisa menyelesaikan kuliahmu. Kekurangan uang tidak bisa menghalangi kekuasaan Allah.”

Sumber : http://www.motivasi-islami.com

5 Cara Melatih Berpikir Kreatif


Kreatif” hanyalah sebuah kata pendek dan sederhana. Namun, berkat pemikiran kreatif, kesuksesan besar, semisal kemajuan teknologi, industri, dan bidang lain, terjadi.

Tidak berlebihan bila dikatakan, berpikir kreatif merupakan kunci keberhasilan.
Lalu, bagaimana cara untuk bisa berpikir kreatif?

Berikut ini cara yang bisa dicoba:

- Berpikir, semua bisa dilakukan

Yakinlah, sesuatu yang akan kita kerjakan mampu kita selesaikan. Artinya, harus optimis. Buang ungkapan bernada pesimis. Misal, ”Saya mungkin bisa mengerjakan”. Ganti dengan ungkapan penuh optimisme. Contoh, ”Saya pasti bisa mengerjakannya”, ”Bagi saya tidak ada kata menyerah!”.

Pernyataan optimis melatih kita berani masuk ke persoalan. Pola pikir pun berkembang, karena dipaksa memeras otak untuk mewujudkan tekad itu.

- Hilangkan cara berpikir konservatif

Pola berpikir konservatif ditandai dengan kekhawatiran untuk menerima perubahan, meski perubahan itu menguntungkan. Karena ingin mempertahankan gaya konservatif, perubahan ditanggapi secara dingin, bahkan dipersepsikan sebagai ancaman. Karena merasa nyaman atau diuntungkan dengan cara konservatif, ketika dituntut untuk mengubah pola pikir, kita takut akan mengalami kerugian.

Hendaknya disadari, cara berpikir konservatif memasung pemikiran kreatif karena pikiran dibekukan oleh sesuatu yang statis. Padahal dalam berpikir kreatif unsur statis semestinya dihilangkan. Mulailah berpikir dinamis, dengan terus mengolah pemikiran untuk menemukan pola pikir efektif.

Ada tiga cara mengurangi atau menghilangkan pola berpikir konservatif.

Pertama, terbuka terhadap masukan. Masukan adalah bahan mentah sangat berharga. Lalu, kita mengolahnya menjadi “barang jadi” lewat pemikiran kreatif. Jadi, jangan takut dengan ide, usulan, bahkan kritik. Karena semua itu merangsang kita berpikir kreatif.

Kedua, mencoba pekerjaan atau hal di luar bidang kita. Untuk ”memperkaya” diri, pola pikir juga perlu menghadapi sesuatu yang berbeda dari biasanya.

Ketiga, harus proaktif. Kita dituntut ”menjemput bola” dalam menghadapi sesuatu, dan bukan ”menunggu bola”. Bertindak proaktif berarti membuat diri bebas memilih tindakan, tentu berdasarkan perhitungan matang. Ini bisa terjadi kalau kita mempunyai kreativitas berpikir.

( from Kompas dot com )

Selasa, 16 Juni 2009

Psikologi hati dan berpikir


"CERDAS?!" Yang bagaimana menurut Anda. Bisakah anda melihat bentuk cerdas? Jawabannya tentu tidak, karena cerdas bukanlah benda. So, apa sih cerdas itu?


Kecerdasan adalah sebuah misteri sebagai hasil dari akomodasi dialog akal pikir dengan kamantapan hati, sebuah kemampuan memberikan definisi, makna, dan keputusan cepat serta akurat. Keputusan yang kokoh itu disebabkan adanya bekal pengetahuan, dalamnya pengetahuan, dan meruncingnya keyakinan.


Semua hal yang berkaitan dengan belajar tidak akan berkutat jauh dari proses berfikir dan bertanya. Dengan berfikir, maka ia dapat membandingkan, membedakan, menyamakan, menemukan hubungan, dan menyimpulkan premis-premis yang ada. Karena itu, beberapa pakar psikolog dan ahli ilmu filsafat seperti R Descrates mengatakan bahwa berfikir adalah proses belajar tertinggi.


Sobat..., sebenarnya berfikir merupakan bagian dari proses mencoba yang dilakukan pada tataran pikiran. Hal inilah yang membedakan manusia dan binatang. Adapun efek dari berfikir yaitu pemecahan masalah yang diharapkan. Akan tetapi, jika terdapat kesalahan maka otak kita akan mencari jalan lain dari sebuah pemecahan.


Bertanya dan berfikir sebenarnya bukanlah ilmu baru dalam dunia pengetahuan. Dalam Al-Quran, Allah berfirman, “Maka bertanyalah pada orang-orang yang berilmu jika kalian tidak mengetahui” (Q.S Al-Anbiya {21}: 7). Kenapa penulis ungkap seperti ini? Hal ini disebabkan karena pada tataran masyarakat, kita dianggap orang yang tahu banyak tentang ilmu, akan tetapi sudahkah hati dan akal pikir kita menuju ke sana?


Bagaimana menggunakan hati dan akal dalam bermasyarakat?
Para psikoterapi modern menyadari pentingnya hubungan manusia dengan kesehatan jiwa. Karena itu, mereka membaurkan pasien penyakit jiwa dengan anggota masyarakat, menguatkan hubungan cinta dan kasih sayang diantara mereka dengan orang lain, menganjurkan mereka melebur dengan masyarakat, dan melakukan pekerjaan yang berguna.


Alfred Adler memberikan terapi dengan menasihati pasien-pasien untuk memperhatikan orang lain, melebur, dan membantu mereka . Ia mengatakan kalau mereka bisa melakukannya, maka ia telah sembuh.


Dalam Al Qur’an Allah berfirman, “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain.” (QS. Al-Taubah[9}: 10). So, masihkah kita membedakan hamba Allah yang satu dengan yang lain secara kasat mata? Tanyalah hati, berimankah kita jika masih menggap diri jauh lebih baik dari yang lain? Bukankah hal itu merupakan bentuk kesombongan??? ( Na'udzubillah..)


RIDHA ALLAH KUNCI KEBAHAGIAN DAN KEMULIAAN HAKIKI



Oleh: Abdullah Gymnastiar

Disampaikan di Padang Arafah
29 Desember 2006 / 9 Dzulhijjah 1427 H


ImageBismillahirrahmaanirrahiim
Assalaamu'alaikum wa Rahmatullaahi wa Barakaatuh

Alhamdulillaahirabbil 'alamiin, Alhamdulillaahilladzi anzala sakiinata fii quluubil mu'miniin liyadzdaadu iimanan ma'a iimanihim. Asyhadu alla ilaa ha illaallah wahdahulaa syarikala, wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluhu. Allahumma shalli wa salim wabarik 'alaa sayyidina wa maulanaMuhammad Wa 'alaa aalihi wa ashaabihi ajma'in.

Ayyuhal hadirun. Ittakullaha haqqo tu qotihi, wa laa tamuutunna illa wa antum muslimun. Wa qolallahu ja'alaa fi qur'anil kariim.

A'uzdubillahiminas syaitonirrajim. Walanabluwannakum bisyaim minalkhoufi waljuu' wanaqsim minalamwaal wal anfusi watstsamaroot wabasysyrish shaabiriin. Alladziina idzaa asho bathum mushiibah qoolu innalillahi wa innaa ilaihi rooji'uun.ulaaika alaihim shalawaatum mirrabbihim warahmah waulaa ika humul muhtaduun (QS.Al-Baqarah :155-157). Shadaqallahul azhim.


Maha Suci Allah yang menggenggam langit dan bumi. Maha Agung Allah yang menciptakan, yang menguasai apapun yang ada di semesta alam ini. Semoga Allah yang maha mendengar menjadikan siapapun yang berada di Arafah ini, maupun yang menyimak di seluruh penjuru bumi, menjadi orang-orang yang yakin-seyakinnya bahwa kita adalah mahluk ciptaan Allah, bahwa kita adalah hamba Allah, bahwa kita hanya akan bahagia dan mulia jikalau kita selalu menggapai dan memburu ridha Allah.

Saudaraku, dari jauh kita datang ketempat ini, ribuan kilometer kita tempuh, kita siang malam berlelah-lelah menantikan saat utama ini, kita keluarkan tabungan kita yang berpuluh tahun kita menabungnya. Untuk mencari apa ? Mengapa lelah menjadi bahagia? Mengapa menggigil kedinginan menjadi bahagia? Mengapa kita keluarkan harta menjadi bahagia? Sebabnya adalah kita datang untuk mencari ridha Allah.

Tapi mengapa sepulang dari haji atau begitu banyak hari-hari yang kita lalui jauh dari kebahagian, jauh dari ketenangan, jauh dari kemuliaan. Mengapa rumah kita tidak menjadi sumber kebahagiaan? Mengapa rumah tangga yang kita bangun pun tidak menjadi sumber kebahagiaan? Mengapa ilmu yang kita cari tidak jadi sumber kebahagiaan? Mengapa harta yang kita kumpulkan tidak juga menjadi kebahagian? Mengapa rupa penampilan yang ada juga tidak menjadi sumber kebahagiaan?

Saudaraku sekalian yang menyebabkan kita tidak berbahagia dalam hidup ini, karena justru kita mencari sesuatu tidak kepada yang bisa memberikan apa yang kita cari. Kita meminta justru berharap kepada orang yang lemah tidak berdaya dan dia pun tidak berbahagia. Kita berlindung justru kepada yang lemah tiada daya yang tidak sanggup menolak petaka dan bencana bagi yang menimpa dirinya. Bahkan kita berhidmat, kita mengabdi justru kepada yang seharusnya menjadi pelayan dalam hidup kita. Kita mengabdi kepada harta, kepada kedudukan yang Allah ciptakan semua itu justru harusnya menjadi pelayan kita.

Saudaraku mengapa hidup yang sekali-kalinya ini tidak bahagia, karena justru kita mengabdikan diri ini bukan kepada Allah tapi kepada mahluk yang diciptakan untuk menjadi pelayan kita.

Wahai saudaraku yang budiman, siapakah diri kita ? Mau apakah hidup yang cuma sekali-kalinya di dunia ini. Ingat kah, siapakah yang menciptakan kita dirahim ibu? Allah yang mempertemukan sel sperma dan sel telur dan disimpan dirahim ibu. Allah yang membentuk, Allah yang menyimpan sembilan bulan dalam gelapnya rahim. Siapakah yang membentuk? La qaddkholaqnal insaana fii ahsani taqwim. Hari demi hari Allah yang menciptakan tubuh kita, dilengkapi satu-persatu, disempurnakan bentuknya. Tidak ada satupun yang menciptakan diri kita selain Allah.

Sesudah waktunya cukup, Allah lah yang menakdirkan kita terlahir ke dunia ini. Bayi yang lucu, bisa menangis dengan tubuh yang sempurna. Demi Allah siapakah yang menciptakan diri kita ini. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, berganti tahun, berganti puluh tahun sampai saat ini, siapakah yang mengurus diri kita? Dikala kita lapar Allah yang maha agung memberi makan kepada kita. Tidak pernah ada satu haripun Allah luput mencukupi rizki. Dikala kita haus Allah yang memberi minum yang segar, walaupun kita tidak menyebut namanya. Dikala kita lelah oleh Allah dihiasi dengan kantuk, tertidur pula tidak ingat apapun siapa yang mengurus diri kita. Demi Allah hadirin berpuluh tahun kita hidup, tiada suatu saat pun Allah lupa memberikan segala nikmatnya. Nikmat yang mana lagi yang akan didustakan?

Sayang sekali kita malah hanya memberikan sisa kepada Allah. Allah yang memberikan segala yang terbaik untuk kita. Ilmu diberi, bahkan diberi hidayah menjadi seorang Islam. Diberi nikmat iman, aib-aib kita ditutupi sehingga orang lain tidak tahu siapa diri kita yang sebenarnya. Kita diberi rizki, diberi sehat, diberi kemudahan, dijamu oleh Allah di Arafah ini. Apa yang kita berikan untuk Allah selama ini saudaraku? Kita hanya memberi sisa.

Pikiran yang disempurnakan ini jarang mengingat Allah, hanya dunia yang kita pikirkan siang dan malam. Hanya dunia yang menyita waktu kita, Allah hanya sisa waktu. Dikala susah baru kita ingat kepada Allah. Mata karunia Allah ini, hanya sisa waktu yang digunakan untuk membaca ayat-ayat Allah, selebihnya kita manjakan mata ini untuk nafsu yang membinasakan. Kita bahkan tidak tahu arti Al-Quran. Telinga ini karunia Allah, tiap saat diurus oleh Allah, bisa mendengar anak-anak kita, bisa mendengar suara adzan. Tapi kapan kita mendengarkan ilmu yang membuat dekat dengan Allah? Aib orang kita dengarkan dan nikmati, musik-musik yang menyesatkan kita nikmati, Al-Quran kita jauhi, dan kita dengarkan hanya sisa waktu. Mulut kita, entah berjuta kata tiap hari kita berucap, hanya berapa kali kita menyebut nama Allah? Hanya sisa. Padahal mulut ini adalah karunia titipan Allah. Harta kita, berapa banyak yang dinafkahkan untuk Allah? Hanya sisa. Betapa hinanya orang yang diberi segalanya tapi tidak tahu balas budi kepada yang memberi. Itulah saudaraku mengapa kita selalu sengsara di dunia ini, mengapa kita tidak pernah merasakan bahagia dan mulia.

Saudaraku sekalian, ingatlah baik-baik bahwa kita diciptakan wama khalaqtul jinna wal insa illaa liya'buduun. Tidak sekali-kali diciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada Allah. Allah menciptakan kita untuk bahagia dan mulia. Allah berikan jalan agar kita bisa menempuh bahagia. Ingatlah Allah kuasa atas diri kita, innallaaha 'alaa qulli syaiin qodiir. Siapapun yang ada yang merasa gagah, mudah bagi Allah untuk membuat lumpuh tak berdaya. Siapapun yang merasa pintar dan hebat, apa sulitnya bagi Allah untuk mengambil ingatan kita. Bagi yang merasa suci dan terhormat, apa sulitnya bagi Allah membeberkan aib-aib dan kebusukan kita. Bagi yang membangga-banggakan keluarga dan keturunannya, apa sulitnya bagi Allah mengambil seluruhnya. Kita tidak berdaya dikala Allah menghendaki sesuatu terjadi pada kita. Siapa yang hebat diantara kita? Tidak diberi minum kita sengsara, tidak bisa mengeluarkan air kita nestapa. Kebodohan terbesar bagi manusia adalah ketika dirinya sombong.

Saudaraku sekalian ingatlah bahwa kita dikuasai oleh Allah. Allah lah yang menggemgam diri kita. Mudah bagi Allah, Lainsyakartum laadzidannakum, barang siapa yang mensyukuri semua nikmat ini, Allah akan menambah nikmatNya. Walainkafartum inna adzaabii lasyadiid, tapi kalau kufur, maka adzab Allah amatlah pedih. Mudah bagi Allah mengambil apapun yang ada, bahkan nyawapun tidak akan tertukar walau sedetik jikalau Allah menghendaki.

Wahai saudara-saudaraku, semoga pada hari ini ditanah Ararah ini, kita bertekad dengan tekad yang sangat kuat dan bulat. Hidup yang sekali-kalinya ini akan mempersembahkan yang terbaik bagi Pencipta diri kita, Allah SWT. Allahumma innaa nas aluka ridhaaka wal jannah, wa na'uuzdubika min sakhatika wannar. Jadikanlah hanya Allah tujuan kita hadirin.

Ya Allah, Engkaulah yang menciptakan diri ini, Engkaulah yang menggenggam segala-galanya. Apapun yang kita inginkan ada dalam kekuasaan Allah, apapun yang kita takuti semuanya ada dalam genggaman Allah. Bergabung jin dan manusia akan mencelakakan kita, tidak akan jatuh satu helai rambutpun dari diri ini tanpa ijin Allah. Bergabung jin dan manusia seluruhnya akan memberikan sesuatu kepada kita, tidak akan datang satu butir pasirpun tanpa ijin Allah.

Allah yang menguasai apapun yang kita inginkan, Allah yang menguasai apapun yang kita takuti. Mengapa kita harus menggadaikan diri kita menjadi hamba dari mahluk. Kalau kita ingin dipuji manusia, ketahuilah manusia pasti binasa. Manusia tidak bisa apa-apa kecuali hanya berkata-kata, manusia tidak punya pahala, manusia tidak punya Surga. Kenapa kita harus menggadaikan hidup kita hanya ingin dipuji manusia? Mengapa kita lebih sibuk mencari ridha manusia dari pada ridha Allah? Mengapa kita lebih sibuk mencari penghargaan manusia, bukan penghargaan Allah?

Allah SWT lah yang menguasai langit dan bumi. Oleh karena itulah saudaraku, sepulang dari Arafah ini semoga tekad kita bulat. Ya Allah hidup yang sekali-kalinya ini hanya untuk-Mu. Saya lakukan apapun yang Engkau perintahkan hanya karena Engkau. Kejarlah saudaraku apapun yang Allah perintahkan, karena apapun yang Allah perintahkan pasti baik untuk kita, pasti membahagiakan kita, pasti memuliakan kita.

Allah lah yang paling tahu apa yang terbaik untuk kita, perintah Allah itulah yang akan membuat kita bahagia. Setiap kali kita tahu itu perintah Allah, sudah tidak usah pikir panjang, laksanakan. Karena itu lah yang terbaik yang akan membuat kita bahagia dan mulia. Allah menyuruh kita sholat, laksanakan, karena pasti itu baik. Allah menyukai orang yang sholat berjamaah, laksanakan, karena pasti baik. Allah menjamu orang yang tahajud, laksanakan. Walaupun berat, pasti baik untuk kita. Allah menyuruh kita menafkahkan harta, zakat, potong secepatnya, pasti baik untuk kita. Allah menyuruh kita menambah dengan sedekah, laksanakan. Karena itu yang akan membuat kita bahagia dan akan membuat rizki kita semakin terjamin.

Apa saja yang Allah sukai pasti baik untuk kita. Seharusnya kita melihat perintah Allah seperti melihat makanan yang sangat lezat, melihat buah-buahan yang sangat ranum disaat kita ingin dan lapar. Cabutlah setiap perintah Allah dengan penuh semangat karena itulah yang akan membuat kita bahagia dan mulia.

Adapun jikalau Allah melarang, maka jauhilah sekuat tenaga larangan Allah, seperti melihat serigala yang akan menerkam, seperti melihat ular berbisa yang akan melumat tubuh kita, seperti melihat perangkap yang akan mencabik-cabik. Memang kelihatannya larangan Allah itu bertentangan dengan nafsu. Nafsu membuat indah sesuatu yang busuk, padahal disanalah sumber malapetaka bagi kita. Saudaraku andai kata Allah melarang kita untuk mengambil sesuatu dengan cara yang haram, jauhi. Karena pasti sesuatu yang haram akan menghinakan dan menyengsarakan kita. Andai kata Allah melarang berzina, jauhi sejauh-jauhnya karena pasti zina itu sumber malapetaka dunia wal akhirat. Kalau Allah melarang kita bergibah, maka tutup mulut kita, jangan biarkan terucap kata-kata buruk bagi saudara kita. Kalau Allah melarang kita untuk menfitnah, jangan pernah bertebaran kata-kata yang akan menjadi malapetaka. Carilah tahu saudaraku apa yang tidak disukai Allah, itulah yang akan membuat kita bahagia. Subhanallah.

Saudara-saudarku sekalian, semoga ditanah Arafah ini Allah yang Maha Agung yang Maha Tahu siapa diri kita yang sebenarnya, sebetulnya lebih banyak orang yang layak dimuliakan Allah di Arafah ini. Orang yang tahajudnya tidak pernah terputus, orang yang lisannya selalu berzikir, jauh lebih baik dari kita. Orang yang ketika beramal hatinya penuh keikhlasan. Banyak orang-orang yang jauh lebih mulia dari kita tapi belum pernah berada di tanah Arafah ini. Sedangkan kita orang-orang yang berlumur dosa tapi berpura-pura mulia. Mudah-mudahan inilah saat Allah akan mengampuni dosa-dosa kita.

Saudaraku, mudah-mudahan pada hari inilah kita bertekad akan merubah diri. Jangan pernah kita bersandar kepada siapapun kecuali kepada Allah. Juga jangan bersandar kepada kecerdasan kita, apa artinya kecerdasan tanpa pertolongan Allah. Jangan bersandar kepada harta yang kita kumpulkan, mudah bagi Allah mengambilnya. Allah berjanji, Wamayyattaqillaaha yaj 'allahuu makhrojaa. Barang siapa orang yang benar-benar bertaqwa kepada Allah, maka baginya jalan keluar dari setiap kesulitannya, jalan keluar dari persoalan. Persoalan itu akan diberi jalan bukan karena kita pandai, bukan karena kita kuat, bukan karena kita kaya. Jalan keluar itu justru datang dari taqwa kita. Mengapa orang yang pandai banyak yang sengsara? Mengapa orang yang berharta banyak yang sengsara? Karena persoalan tidak akan bisa dipecahkan hanya mengandalkan kemampuan kita, ketaqwaan itulah yang mendatangkan pertolongan Allah. Wayarzuqhu min haitsu laayahtasibu, dan Allah akan membuka pintu rizki dari tempat yang tidak diduga-duga.

Bagi kita banyak persoalan yang diluar kemampuan kita, tapi mudah bagi Allah andai kita ahli taqwa, diberi jalan. Allah yang mempertemukan dengan siapa yang Dia kehendaki, Allah yang membuka pintu-pintu yang tertutup, Allah yang memudahkan segala sesuatu yang sulit. Ahli taqwa akan dimudahkan oleh Allah, Wamayyatawakkal alallahi fahuwa hasbuh, dan barang siapa yang bertawaqal hanya kepada Allah, dicukupi segala kebutuhan lahir bathinnya. Allah lebih tahu kebutuhan kita, lebih tahu daripada kita sendiri.

Oleh karena itu hadirin, jangan sok tahu kita menghadapi hidup ini. Berat sekali tanpa ketaqwaan, berat sekali tanpa ketawaqqalan. Seyogyanya kecerdasan kita, harta kita, kemampuan kita, kekuatan kita, adalah untuk membuat kita semakin taqwa kepada Allah, semakin teguh mematuhi perintah Allah. Bukan karena pahala semata, bukan karena ingin surga, bukan takut celaka, tapi saya patuh karena Allah semata. Dan jauhi larangan karena Allah, insyaAllah itulah sebetulnya yang membuat hidup kita jauh lebih ringan, jauh lebih indah, dan setiap persoalan yang kita hadapi akan diselesaikan oleh Allah yang Maha Agung. Tidak ada yang bisa diselesaikan tanpa bimbingan Allah SWT.

Saudara-saudarku sebangsa dan setanah air yang menyimak khutbah dari Arafah ini. Dipenghujung khutbah ini sebelum kita tutup dengan doa. Kita tahu bahwa dinegeri kita Allah sedang memperlihatkan kebesaranNya. Banjir lumpur, manusia secerdas apapun tidak berdaya menghentikannya. Didatangkan air laut tsunami manusia tidak berdaya untuk mencegahnya. Gempa manusia tidak sanggup untuk menolaknya. Jadi ditempat mana lagi kita akan menyombongkan diri? Kesombongan hanya menandakan kebodohan kita.

Mudah-mudahan sepulang dari Arafah ini kita menjadi orang-orang yang taat kepada Allah setaat-taatnya. Orang-orang yang selalu rendah hati tidak pernah mau menyombongkan dirinya. Orang yang sangat ringan untuk melakukan yang terbaik menolong sesama. Karena itulah yang akan mendatangkan pertolongan Allah SWT. Waallaahu fii 'aunil 'abdi maa kaanal 'abdu fii 'auni akhiihi, Allah akan senantiasa menolong hambaNya yang senang menolong sesama.


D O A

Allahumma shalli wasalim wabaarik 'alaa sayyidinaa wa maulaanaa muhammad wa 'alaa aalihii waashaabihii ajmaiin.

Ya Allah yaa hayyu yaa qoyyuum. Allaahummaj 'al hajjana hajjan mabruura, wa sa'yan masykuura wa dzanban maghfuura.


Ya Allah ya hayyu yaqoyyum, terimalah haji kami ini ya Allah. Jadikan haji ini membersihkan dari seluruh dosa dan aib kami. Jadikan haji ini merubah diri kami ya Allah. Rubahlah dari si busuk hina menjadi mulia dalam pandanganMu. Rubahlah dari segala kemalasan menjadi orang yang gigih dijalanMu. Rubahlah diri kami ya Allah dari yang fakir menjadi kaya lahir bathin kami dengan karuniaMu.

Ya Allah jadikan haji ini menjadi jalan merubah hidup kami. Golongkan kami menjadi orang yang dapat memuliakan ibu-bapak kami ya Allah. Jadikan haji kami membahagiakan keduanya, menjadi jalan kelapangan bagi kuburnya, menjadi jalan ampunan bagi dosa-dosanya, jalan keselamatan dunia-akhiratnya.

Ya Allah jadikan ibadah kami ini menjadi jalan keberkahan bagi keluarga kami. Rabbana hablanaa min azwaajinaa wadzurriyyatinaa qurrota a'yun, Waj 'alnaa lilmuttaqiina imaamaa.

Ampuni jikalau kami salah menjadi orang tua ya Allah. Ampuni jikalau kami salah mendidik keluarga. Ampuni jikalau kami meracuni keluarga dengan harta haram. Ya Allah cegahlah diri kami dari apapun yang Engkau haramkan. Cegahlah diri kami dari harta haram, dari perbuatan haram.

Ya Allah jadikan hari ini hari mustajab doa ya Allah. Berikan kelapangan bagi yang dihimpit kesempitan. Berikan kekuatan bagi yang imannya lemah. Berikan kesabaran bagi yang ditimpa musibah. Berikan jalan keluar bagi yang dililit urusan. Ya Allah berikan kepada kami nikmatnya ibadah, doa-doa yang Engkau ijabah, sisa umur yang penuh berkah. Jadikan akhir hidup kami khuznul khatimah.

Selamatkan ummatMu dari kaum yang dzalim ya Allah. Selamatkan bangsa kami dari kehinaan, kemiskinan, kelemahan iman ya Allah. Titipkan kepada kami para pemimpin yang takut kepadaMu, para pemimpin yang adil, para pemimpin yang istiqomah dijalanMu.

Allahummaghfir lilmu'miniin wal mu'minaat wal muslimiina wal muslimaat, al ahyaai minhum wal amwaat.

Ya Allah undang ke Baitullah kembali ya Allah, dengan keluarga kami, keturunan kami, sahabat-sahabat kami ya Allah. Balas dengan sempurna siapapun yang menjadi jalan kami berada di Arafah ini ya Allah.

Rabbana aatinaa fiddunyaa hasanah wa fil aakhirati hasanah Wa Qiinaa Adzaabannaar.

Subbahaana rabbika rabbil 'izzati 'ammaa yaashifuun wasalamun alal mursaliin Walhamdulillahirrabil alamiin.


Wassalaamu'alaikum wa Rahmatullaahi wa Barakaatuh

Bersih Itu Indah


oleh: Aa Gym

ImageBERSIH ITU INDAH
Kita semua amat menyukai keindahan, dan ternyata kebersihan adalah salah satu kunci keindahan, apapun yang bagus dan indah akan segera pudar keindahannya ketika dibiarkan kotor tak terawat, baju bagus yang kotor tak indah, gigi yang rapi tapi kotor kuning juga jadi jelek, tubuh yang bagus namun kotor tak akan disukai, rumah yang megah dan kotor akan menjadi kumuh, demikianlah kotor selalu memperjelek sesuatu, termasuk kata kata kotor, pikiran kotor , perilaku yang kotor , harta yang kotor terutama sekali hati yang kotor akan memperburuk dan menghinakan seseorang

BERSIH ITU SEHAT
Kita semua ingin hidup sehat karena kesehatan yang baik membuat kita lebih bisa menikmati hidup ini, dan Alloh memperlihatkan bahwa tempat, makanan, pakaian, atau pola hidup termasuk harta yang tak bersih alias kotor bisa menjadi racun yang amat mudah mengundang pelbagai penyakit baik penyakit lahir dan penyakit bathin. Dengan kata lain siapapun yang tak serius menjaga kebersihan adalah sama dengan membiarkan penyakit akan menyerang, membuat hidup berpenyakit berarti membuat hidup tak ternikmati, tak produktif ,hidup yang sengsara dan menyengsarakan.

BERSIH ITU MENYENANGKAN
kita amat menikmati suasana yang bersih, rapih teratur,nyaman dan menyenangkan, bernafas lega, pikiran menjadi ringan, pandangan mata sejuk, hatipun serasa lapang, akan terasa kepuasan bathin tersendiri, namun sangat berlainan halnya bila kita berada di tempat yang kotor, bau, semrawut, berantakan, niscaya tak pernah merasakan kenyamanan, hati tak tentram , pikiran terasa kian pusing dan ruwet, urusan serasa bertambah, dan bencana bisa datang tiba tiba..

BERSIH ITU BERMARTABAT
kita sering merasa takjub, terkesan dan amat menghargai Negara yang bersih, masjid yang bersih, pribadi yang bersih dan memang kebersihan bisa menjadi alat ukur kualitas martabat kehidupan seseorang jua sebuah Negara. Begitu pula Negara yang amat kotor tak terurus , termasuk suasana dan pribadi kotor akan menjadi citra dan pamor yang buruk. Tampaknya, kebiasaan bersih atau kotor akan sangat menentukan martabat kita sendiri.

BERSIH ITU TANDA KEIMANAN
Nabi Muhammad Saw. begitu bersih lahir dan bathinnya, giginya dibersihkan setiap usai makan dan berwudhu, kukunya dan rambut yang terawat, , badannya yang harum, rumahnya yang bersahaja namun amat rapih dan bersih, bahkan untuk mendekat kepada Alloh lewat sholat diawali dengan mensucikan diri berwudhu.. luar biasa. Sungguh bertaburan ayat yang menunjukan kecintaan Alloh Swt. kepada hamba yang gemar mensucikan dirinya, bahkan yang kelak akan bisa berjumpa dengan Alloh ternyata adalah orang yang memiliki Qolbun saliim, hati yang bersih selamat. Rosulpun meyakinkan ummatnya bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Dengan demikian kita bisa mengukur kadar keislaman dan keimanan dengan selera, upaya dan kecintaan kita terhadap kehidupan yang bersih, lahir maupun bathin.

Saudaraku.. marilah kita perindah kehidupan ini, kita muliakan martabat, kita kokohkan keimanan kita dengan berpaya keras hidup bersih, tempat , tubuh, suasana, pikiran, tuturkata, sikap dan perilaku, harta, pergaulan dan yang paling utama hati yang bersih.

Ciri-ciri Orang yang Ikhlas

Oleh Aa Gym

Syaikh Ahmad Ibnu Athaillah berkata dalam kitab Al Hikam,

Image“Amal perbuatan itu sebagai kerangka yang tegak, sedang ruh (jiwa) nya adalah tempat terdapatnya rahasia ikhlas (ketulusan) dalam amal perbuatan”

Bab tentang ikhlas adalah bab yang mutlak dan paling penting untuk dipahami dan diamalkan, karena amal yang akan diterima Allah SWT hanyalah amal yang disertai dengan niat ikhlas.

“Tidaklah mereka diperintah kecuali agar berbuat ikhlas kepada Allah dalam menjalankan agama”.

Oleh karenanya, sehebat apapun suatu amal bila tidak ikhlas, tidak ada apa-apanya dihadapan Allah SWT, sedang amal yang sederhana saja akan menjadi luar biasa dihadapan Allah SWT bila disertai dengan ikhlas.

Tidaklah heran seandainya shalat yang kita kerjakan belum terasa khusyu, atau hati selalu resah dan gelisah dan hidup tidak merasa nyaman dan bahagia, karena kunci dari itu semua belum kita dapatkan, yaitu sebuah keikhlasan.

Ciri-ciri dari orang yang memiliki keikhlasan diantaranya :

1. Hidupnya jarang sekali merasa kecewa,
Orang yang ikhlas dia tidak akan pernah berubah sikapnya seandainya disaat dia berbuat sesuatu kebaikan ada yang memujinya, atau tidak ada yang memuji/menilainya bahkan dicacipun hatinya tetap tenang, karena ia yakin bahwa amalnya bukanlah untuk mendapatkan penilaian sesama yang selalu berubah tetapi dia bulatkan seutuhnya hanya ingin mendapatkan penilaian yang sempurna dari Allah SWT.

2.Tidak tergantung / berharap pada makhluk
Sayyidina ’Ali pun pernah berkata, orang yang ikhlas itu jangankan untuk mendapatkan pujian, diberikan ucapan terima kasih pun dia sama sekali tidak akan pernah mengharapkannya, karena setiap kita beramal hakikatnya kita itu sedang berinteraksi dengan Allah, oleh karenanya harapan yang ada akan senantiasa tertuju kepada keridhaan Allah semata.

3.Tidak pernah membedakan antara amal besar dan amal kecil
Diriwayatkan bahwa Imam Ghazali pernah bermimpi, dan dalam mimpinya beliau mendapatkan kabar bahwa amalan yang besar yang pernah beliau lakukan diantaranya adalah disaat beliau melihat ada seekor lalat yang masuk kedalam tempat tintanya, lalu beliau angkat lalat tersebut dengan hati-hati lalu dibersihkannya dan sampai akhirnya lalat itupun bisa kembali terbang dengan sehat. Maka sekecil apapun sebuah amal apabila kita kerjakan dengan sempurna dan benar-benar tiada harapan yang muncul pada selain Allah, maka akan menjadi amal yang sangat besar dihadapan Allah SWT.

4. Banyak Amal Kebaikan Yang Rahasia

Mungkin ketika kita mengaji dilingkungan orang banyak maka kita akan mengaji dengan enaknya, lama dan penuh khidmat, ketika kita shalat berjamaah apalagi sebagai imam kita akan berusaha khusyu dan lama, tapi apakah hal tersebut akan kita lakukan dengan kadar yang sama disaat kita beramal sendirian ? apabila amal kita tetap sama bahkan cenderung lebih baik, lebih lama, lebih enak dan lebih khusyuk maka itu bisa diharapkan sebagai amalan yang ikhlas. Namun bila yang terjadi sebaliknya, ada kemungkinan amal kita belumlah ikhlas.

5. Tidak membedakan antara bendera, golongan, ras, atau organisasi
Fitrah manusia adalah ingin mendapatkan pengakuan dan penilaian dari keberadaannya dan segala aktivitasnya, namun pengakuan dan penilaian makhluk, baik perorangan, organisasi atau instansi tempat kerja itu relatif dan akan senantiasa berubah, banyak orang yang pernah dianggap sebagai pahlawan namun seiring waktu berjalan adakalanya berubah menjadi sosok penjahat yang patut diwaspadai. Maka tiada penilaian dan pengakuan yang paling baik dan yang harus senantiasa kita usahakan adalah penilaian dan pengakuan dari Allah SWT.

Begitu besar pengaruh orang yang ikhlas itu, sehingga dengan kekuatan niat ikhlasnya mampu menembus ruang dan waktu. Seperti halnya apapun yang dilakukan, diucapkan, dan diisyaratkan Rasulullah, mampu mempengaruhi kita semua walau beliau telah wafat ribuan tahun yang lalu namun kita senantiasa patuh dan taat terhadap apa yang beliau sampaikan.

Bahkan orang yang ikhlas bisa membuat iblis (syaitan) tidak bisa banyak berbuat dalam usahanya untuk menggoda orang ikhlas tersebut. Ingatlah, apapun masalah kita kita janganlah hati kita sampai pada masalah itu, cukuplah hanya ikhtiar dan pikiran saja yang sampai pada masalah tersebut, tapi hati hanya tertambat pada Allah SWt yang Maha Mengetahui akan masalah yang kita hadapi tersebut.

Semoga Allah SWT membimbing kita pada jalan-Nya sehingga kita bisa menjadi hamba-Nya yang ikhlas. Amiin.