Kamis, 17 September 2009

Istighfar menghapus duka dan mengundang rezki



SUBHANALLAH, ALHAMDULILAH, ALLAHU AKBAR

“Barang siapa memperbanyak Istighfar maka Allah akan membebaskannya dari kedukaan, dan memberinya jalan keluar bagi kesempitannya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak diduga-duga.”
(Riwayat Abu Dawud).

Istighfar artinya memohon ampun kepada Allah SWT. Islam mengajarkan kepada umatnya agar memperbanyak istighfar. Rasulallah SAW sendiri sehari minimal 70 kali mengucapkan Istighfar (Riwayat Bukhari). Rasuallah yang sudah dijamin suci dari dosa (ma’sum) masih melakukan hal itu, apalagi kita, mestinya lebih banyak lagi beristighfar, karena jelas tidak dijamin suci. Bahkan mungkin lebih banyak dosanya ketimbang pahalanya.

Selain menghapus dosa, istighfar juga memberi manfaat lain. Ia bisa membuka pintu rezeki. Alquran mengatakan demikian. “ Maka Aku berkata (kepada mereka), Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Mahapengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan membanyakkan harta dan anak-anakmu fan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) untukmu sungai-sungai”. (S.Nuh [71]: 10-12).

Berkaitan dengan ayat di atas, dalam Tafsir Al-Maraghi ada cerita menarik. Hasan Al Basri adalah salah satu generasi tabi’in (ulama yang pernah bertemu dengan sahabat). Ia ulama berilmu dan shaleh. Banyak orang dating kepadanya bertanya soal agama dan minta nasehat atas berbagai persolan. Suatu kali datang kepadanya seorang laki-laki mengadu tentang masa paceklik yang menimpanya. Hasan pun menerima pengaduan itu dengan penuh perhatian. Tapi nasihat yang diberikan tidak panjang-panjang. Ia hanya berucap “Beristighfarlah kepada Allah SWT”.
Tak berapa lama datang laki-laki lain yang mengeluh soal kemelaratan yang menderanya. Ulama yang masyhur itu juga hanya bilang “Beristighfarlah kepada Allah SWT”. Ada pula laki-laki lain yang berkata “Doakanlah aku agar Allah memberiku anak”. Lagi-lagi Hasan Cuma bilang “Beristighfarlah kepada Allah SWT”. Datang lagi laki-laki lain yang mengeluh kebunnya mengalami kekeringan. Jawaban Hasan tetap sama “Beristighfarlah kepada Allah SWT”.
Sikap Hasan tadi rupanya menjadi perhatian seseorang. Orang itu bingung, ditanya berbagai persolan, eh…jawabannya itu-itu saja. Memangnya semua persoalan itu bisa dipecahkan dengan hanya membaca Istighfar, kira-kira begitu pikiran orang itu. Tak tahan menahan keheranan, ia pun bertanya kepada Hasan, “Beberapa orang laki-laki mendatangimu mengeluhkan berbagai persoalan, tetapi engkau hanya menyuruh mereka semua untuk membaca istighfar!”. Hasan menjawab tenang “Aku sama sekali tidak mengatakan apapun dari diriku sendiri. Sesungguhnya Allah SWT berfirman (seperti itu)”. Ulama yang namany masyhur hingga kini itu lalu mengutip surat Nuh ayat 10-12 seperti dikutip di atas.

Mengharap Anak, Hujan dan Rezeki.

Kisah ini terdapat dalam Musnad Abu Hanifah. Dari kitab yang ditulis oleh imam Hanafi, salah satu imam mahzab, disebutkan sebuah riwayat dari Jabir bin Abdullah. Suatu ketika, ada seseorang yang dating menemui Nabi SAW. Orang ini belum dikaruniai anak, karena itu ia ingin mendapat keturunan. Rasuallah SAW lalu berkata “Engkau memperbanyak Istighfar dan sedekah maka engkau akan diberi rizki dengan lantaran keduanya.” Laki-laki itu lalu memperbanyak Istighfar dan sedekah. Jabir mengatakan bahwa laki-laki itu akhirnya dikaruniai sembilan anak laki-laki.

Ini kisah lain lagi, dituturkan Syaikh ‘Aidh al-Qarni, penulis buku best seller La Tahzan. Ada seorang yang tak kunjung dikarunia anak. Sementara para dokter sudah angkat tangan tidak mampu mengobatinya dan obat-obatan pun sudah tidak mempan lagi. Orang itu akhirnya bertanya kepada salah seorang ulama yang kemudian menyarankan kepadanya, “Hendaklah engkau memperbanyak Istighfar di kala subuh dan sore hari, sesungguhnya Allah SWT mengatakan perihal orang-orang yang beristighfar, ‘Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu.’ (Nuh[71]:12). Lelaki itu kemudian memperbanyak Istighfar secara terus menerus. Akhirnya dengan izin Allah SWT dan kasih sayang Nya, ia pun mendapatkan keturunan yang shaleh-shaleh.

Umar bin Khaththab, salah satu sahabat Rasuallah SAW yang pernah menjadi Amirul Mukminin memegang erat ayat-ayat tersebut ketika ia meminta supaya Allah SWT menurunkan hujan. Mathraf meriwayatkan dari cerita asy-Sya’bi bahwa suatu ketika Umar keluar dari rumahnya untuk berkumpul bersama orang-orang meminta hujan turun. Namun, Umar hanya membaca Istighfar dan tidak lebih dari itu, sampai akhirnya ia pulang. Ada orang berkata kepadanya, “Aku tidak mendengar engkau memohon supaya turun hujan.” Umar berkata, “Aku memohon supaya didatangkan bintang majadin di langit yang biasanya turun membawa hujan. Setekah itu ia membaca ayat (dalam surat Nuh ayat 10-12), Maka aku katakana kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada tuhanmu, sesungguhnya Dia maha pengampun niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat.”

Allah SWT berfirman dalam kitab Nya yang mulia, “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhamnu dan bertaubat kepadaNya, (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan…”(Hud[11]:3).
Ayat tersebut menyatakan janji Allah SWT yang akan memberikan kenikmatan bagi orang yang memohon ampunan dan bertaubat. Adapun yang dimaksud “Dia akan memeberi kenikmatan yang baik”,menurut Ibnu Abbas adalah memeberi anugerah berupa rezeki dan kelapangan.
Al Qurtubi mengatakan, itulah buah dari Istighfar dan taubat, yaitu Allah SWT memberi kenikmatan dan berupa manfaat berupa luasnya rezeki dan kesenangan.

Adapun lafal istighfar itu macam-macam, sebagaimana terdapat dalam Hadis-hadis Shahih. Ada yang pendek dan ada pula yang panjang. Lafal-lafal itu antara lain, “Aku memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya.” (Mutafaq’alaih).

“Aku Memohon ampuna kepada Allah, zat yang tiada Tuhan selain Dia, yang Maha Hidup lagi Maha Menegakkan dan aku bertaubat kepadan-Nya.” (Riwayat Abu Dawud, Tirmizi, Hakim).

Namun jika semua hal itu telah dilakukan, lalu pertolonga Allah SWT tak kunjung dating, tak layak bagi seorang beriman bersikap putus asa, hingga mengaggapnya sebagai ketidakadilan Tuhan. Naudzubillah mindzalik. Boleh jadi yang demikian itu merupakan cara “terbaik” Allah SWT menyayangi dan menyelamatkan hamba-Nya.

Nah, marilah kita beristighfar sebanyak-banyaknya dengan niat mengikuti perintah Nabi SAW. Semoga Allah SWT memberikan jalan keluar atas persoalan yang kita hadapi. Amin.
Wallahu a’lam.

MENYINGKAP RAHASIA SAINS TAHAJUD



“Bangunlah untuk shalat di malam hari kecuali sedikit daripadanya. Yaitu seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Alquran dengan perlahan-lahan.” (Al-Muzammil [73]: 2-4).

Pada saat seseorang menggelar sajadah untuk menunaikan shalat tahajud, ia berada dalam kondisi layaknya orang yang melakukan meditasi dan relaksasi. Jika kita pernah mendengar lirik lagu Tombo Ati yang didendangkan budayawan kondang Emha Ainun Nadjib bersama kelompok musik Kiai Kanjeng, tahajud disebut sebagai salah satu pengobat hati. Sebab shalat sunah yang ditunaikan di keheningan malam itu, mengantarkan orang yang menunaikannya menjadi lebih dekat dengan Allah. Hati yang dekat dengan Tuhannya adalah hati yang damai.
Orang yang rindu tahajud adalah orang yang mempunyai kadar keikhlasan lebih. Ia rela untuk menghentikan kelelapan tidurnya dan bersimpuh pada Sang Khalik. Alquran memuji mereka dengan menyebutnya sebagai orang-orang yang menjauhkan lambungnya dari tempat peraduan.
Tahajud diketahui sebagai ibadah yang ditunaikan pada malam hari, saat setiap orang mengistirahatkan tubuhnya dari kelelahan aktivitas di siang hari. Banyak kalangan menyatakan bahwa idealnya masa tidur di malam hari adalah enam hingga delapan jam. Tidur di malam hari akan memberikan energi baru bagi seseorang untuk melakukan aktivitasnya di pagi hingga siang hari.
Namun kemudian muncul sebuah pendapat lain dari seorang ilmuwan bernama Ray Meddis. Ia menyatakan bahwa masa tidur yang sempurna hanyalah tiga hingga empat jam setiap harinya. Seseorang akan mengalami deep slep sekitar tiga hingga empat jam saja. Tentu seorang Muslim mampu memanfaatkan sisa masa tidur itu untuk memadu cinta dengan Tuhannya, melalui shalat tahajud.
“Bangunlah untuk shalat di malam hari kecuali sedikit daripadanya. Yaitu seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Alquran dengan perlahan-lahan.” (Al-Muzammil [73]: 2-4).
Seorang ilmuwan Muslim asal Mesir, Fadhlalla Haeri, menyatakan bahwa ayat tersebut memberikan panduan bagi muslim untuk mencapai keseimbangan. Di sisa masa istirahatnya, tiga jam masa efektif tidur malam, maka ia pun semestinya bangun untuk menjalankan aktivitas yang bermanfaat. Bangun di waktu malam adalah salah satu aktivitas yang memberikan manfaat.
ia menambahkan, pada saat itu energi did lam tubuh seseorang berada dalam kondisi rndah. Selain itu, medan refleksi juga begitu bersih. Dalam tradisi India, kondisi seperti itu disebut sebagai tahap pembentukan kesadaran yang terjadi pada titik energi ketujuh atau cakra mahkota. Dampaknya, akan meningkatkan intuisi seseorang dan kesadaran diri untuk mampu mengendalikan emosi negatif.
Menurut Haeri, pada saat seseorang menggelar sajadah untuk menunaikan shalat tahajud, ia berada dalam kondisi layaknya orang melakukan meditasi dan relaksasi atas kelenjar pineal. Ini akan menspiritualkan intelektual sesorang disertai dengan kemampuan personal untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah serta menjalin hubungan yang harmonis dengan sesamanya.
Tak hanya itu, pada saat matahari terbenam, kelenjar pineal mulai bekerja dan memproduksi hormon melatonin dalam jumlah besar dan mencapai puncaknya pada pukul 02.00 hingga 03.00 dini hari. Hormon inilah yang kemudian menghasilkan turunan asam amino trytophan dalam jumlah besar pula.
Tahukah Anda? Tahajud menjadi sarana untuk mempertahankan melatonin dalam jumlah yang stabil.
Hormon melatonin akan membentuk sistem kekebalan dalam tubuh dan membatasi gerak pemicu tumor seperti estrogen. Haeri mengungkapkan bahwa pada masa kanak-kanak melatonin yang ada di dalam tubuh berjumlah 120 picogram. Namun jumlah tersebut akan semakin menurun pada usia 20 30 tahun. Selain secara alamiah, pengurangan jumlah melatonin di dalam tubuh juga diakibatkan adanya pengaruh eksternal, seperti: tidur larut, medan elektromagnetik, dan polutan kimia misalnya pestisida, yang pada akhirnya menyebabkan penyakit tekanan darah tinggi dan sakit kepala. Pada titik tertentu bahkan menyebabkan turunnya sistem kekebalan tubuh.
Kafein yang terkandung di dalam kopi, teh hitam, dan soda tertentu juga akan menyebabkan kemampuan antioksidan melatonin berkurang. Keadaan ini akan membahayakan sel-sel tubuh saat seseorang tengah terjaga. Dengan demikian, kata Haeri, yang harus menjadi perhatian adalah bukan kuantitas tidur seseorang untuk memberikan kebugaran pada tubuh, tetapi justru kualitas tidur. Tiga jam adalah waktu yang cukup untuk itu.
Tahajud tidak hanya memberikan pengaruh pada posisi melatonin. Gerakan ibadah di sepertiga malam terakhir ini juga memberikan pengaruh tertentu pada tubuh. Setidaknya, pada saat berdiri tegak dan mengangkat takbir secara tidak langsung akan membuat rongga toraks dalam paru-paru membesar. Ini akan menyebabkan banyak oksigen yang masuk ke dalamnya. Ada kesegaran yang dirasakan ketika seseorang dapat menghirup udara segar ke dalam paru-parunya di keheningan malam itu. Pada saat sujud, seluruh berat dan daya badan dipindahkan sepenuhnya pada otot tangan, kaki, dada, perut, leher, dan jari kaki. Proses ini dilakukan berulang-ulang sesuai jumlahrakaat shalat tahajud yang kita lakukan.
Setelah oksigen masuk ke dalam paru-paru, oksigen diedarkan ke seluruh tubuh dengan lancar karena adanya pergerakan otot selama ruku’ dan sujud. Selain itu, dalam shalat seseorang juga melakukan gerakan duduk di antara dua sujud dan tahiyat yang menyebabkan adanya gerakan tumit, pangkal paha, jari tangan, jari kaki, dan lainnya. Tentu peredaran oksigen akan menjadi lancar.

Mudah-mudahan bermanfaat

KEKUATAN SEDEKAH



Diceritakan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, seperti berikut : Tatkala Allah Ta'ala menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah menciptakan gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat kehairanan akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat daripada gunung?" Allah SWT menjawab, "Ada, iaitu besi" (kita maklum bahawa gunung mahupun batu boleh menjadi rata ketika dikorek dan diratakan oleh jentera yang dinamakan buldozer atau sejenisnya yang diperbuat daripada besi).

Para malaikat bertanya lagi "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat daripada besi?" Allah SWT menjawab, "Ada, iaitu api" (besi walau sekeras manapun boleh menjadi cair dan hancur setelah dibakar api), para malaikat kembali bertanya "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat daripada api ?" Allah yang Maha Agung menjawab, "Ada, iaitu air" (api membara sedahsyat apapun niscaya akan padam jika disiram air), para malaikat pun bertanya kembali "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat daripada air ?" Allah yang Maha Tinggi dan Maha Sempurna menjawab, "Ada, iaitu angin" (air di samudera yang luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tiada lain kerana kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat.

Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi "Ya Allah, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dahsyat dari itu semua?" Allah yang Maha Gagah dan Maha Dahsyat kehebatannya menjawab, "Ada, iaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya". Ertinya, yang paling hebat, paling kuat dan paling dahsyat sebenarnya adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus dan ikhlas tanpa ada unsur menunjuk-nunjuk ataupun supaya diketahui orang lain.

Berkaitan dengan ikhlas ini, Rasulullah SAW mengingatkan dalam khutbah baginda ketika sampai di Madinah pada waktu hijrah dari Makkah : "Wahai segenap manusia! Sesungguhnya amal itu tergantung kepada niat, dan seseorang akan mendapatkan (pahala) sesuai dengan apa yang diniatkannya". Oleh kerana itu hendaknya kita selalu mengiringi sedekah kita dengan niat yang ikhlas hanya kerana Allah semata, tanpa berasa ingin dipuji, dianggap dermawan, dihormati ini yang menjadikan sedekah kita menjadi sia-sia. Ganjaran bersedekah Rasulullah SAW menganjurkan kepada kita umatnya untuk memperbanyak sedekah, hal itu dimaksudkan agar rezeki yang Allah berikan kepada kita menjadi bertambah berkat.

Allah memberikan jaminan kemudahan bagi orang yang bersedekah, ganjaran yang berlipatganda (700 kali) dan sebagai ganti, sebagaimana firman Allah SWT; "Ada pun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga) maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah." {Qs. Al Lail (92) : 5-8}. Firman Allah SWT bermaksud; "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi maha mengetahui". {Qs. Al Baqarah (2) : 261}

Rasulullah SAW bersabda, "Setiap awal pagi, semasa terbit matahari, ada dua malaikat menyeru kepada manusia di bumi. Malaikat yang pertama menyeru, "Ya Tuhan, kurniakanlah ganti kepada orang yang membelanjakan hartanya kepada Allah". Malaikat yang kedua pula menyeru "musnahkanlah orang yang menahan hartanya " .

Tolak Bala dengan Sedekah

Orang-orang yang beriman sangat sedar dengan kekuatan sedekah untuk menolak bala, kesulitan dan berbagai macam penyakit, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

"Bersegeralah bersedekah, sebab yang namanya bala tidak pernah mendahului sedekah" .
"Belilah semua kesulitanmu dengan sedekah ".

"Ubatilah penyakitmu dengan sedekah ".

Banyak daripada kita yang sudah mengetahui dan memahami perihal anjuran bersedekah ini, namun persoalannya seringkali kita teramat susah untuk melakukannya kerana kekhuatiran bahawa kita salah memberi, sebagai contoh kadang kala kita enggan memberi sedekah kepada pengemis yang kita temui di tepi jalan dengan anggapan bahawa mereka (pengemis/peminta) menjadikan meminta-minta sebagai pekerjaannya, malas dan sebagainya.

Padahal sesungguhnya prasangka kita yang demikian adalah bisikan-bisikan syaitan laknatullah yang tidak rela melihat kita berbuat baik (bersedekah), sebaiknya mulai saat ini hendaknya kita hilangkan prasangka-prasangka yang demikian kerana seharusnya sedekah itu kita niatkan sebagai bukti keimanan kita atas perintah Allah SWT dan Rasul-Nya yang menganjurkan umatnya untuk selalu bersedekah. Masalah mungkin timbul apabila ternyata kemudiannya bahawa sedekah yang kita beri kepada pengemis/peminta tadi tidak tepat sasaran, bukan lagi urusan kita, kerana sedekah hakikatnya adalah ladang amal bagi hamba-hamba Allah yang bertakwa.

Pengemis/peminta/fakir miskin lainnya adalah ladang amal bagi orang yang berkemampuan dapat kita bayangkan andai kata tidak ada lagi orang-orang tersebut, kepada siapa lagi kita dapat beramal (bersedekah). Walau bagaimanapun dalam dunia yang semakin gawat dan gayat ini pemberian sedekah atau kalau kita termasuk orang yang tidak suka memberi sedekah (kepada pengemis/peminta/fakir miskin) dengan berbagai alasan dan pertimbangan maka biasakanlah bersedekah dengan menyiapkan sejumlah wang sebelum solat Jumaat dan memasukkan ke kotak-kotak sumbangan yang tersedia dan biasakan dengan memberi sejumlah minima setiap Jumaat, misalnya Jumaat ini kita menyumbang RM5 kekotak amal tersebut maka sebaiknya Jumaat berikutnya harus dengan jumlah yang sama, syukur jika boleh diberi lebih daripada yang sebelumnya. Apa yang penting harus diiringi dengan keikhlasan.

Sedekah anda, walaupun kecil tetapi amat berharga disisi Allah Azza Wa Jalla. Orang yang bakhil dan kikir dengan tidak menyedekahkan sebahagian hartanya akan rugi di dunia dan akhirat kerana tidak mendapat keberkatan. Sebenarnya orang yang bersedekah adalah untuk kepentingan dirinya. Sebab menginfakkan (membelanjakan) harta akan memperoleh berkah dan sebaliknya menahannya adalah celaka.

Tidak menghairankan jika orang yang bersedekah diibaratkan orang yang melabur (invest) dan menabung di sisi Allah dengan jalan meminjamkan pemberiannya kepada Allah. Balasan yang akan diperolehnya berlipatganda. Mereka tidak akan rugi meskipun pada awalnya mereka kehilangan sesuatu. Sedekah yang pahalanya terus mengalir.

Dari Abu Hurairah RA, bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW, telah bersabda : "Bila seorang hamba telah meninggal, segala amalnya terputus , kecuali tiga hal : amal jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang mendoakannya" (HR. Bukhari, dalam Adabul Mufrad). Semoga dengan ini kita sebagai insan yang kerdil mendapat keredhaan dan keberkatan Allah SWT di dunia dan di akhirat kelak dengan memperbayakkan amal jariyah melalui bersedekah

Pribadi-pribadi Zikir




Pribadi berdzikir, dzikir menjadi kepribadiannya
Allah tujuannya, Rasulullah SAW menjadi teladan dalam kehidupannya
Dunia ini pun menjadi surga sebelum surga sebenarnya

Bumi menjadi mesjid baginya
Rumah, kantor bahkan hotel sekalipun menjadi mushola baginya
Tempat ia berpijak
Meja kerja, kamar tidur menjadi hamparan sajadah baginya

Kalau ia bicara, bicaranya dakwah
Kalau dia berdiam, diamnya dzikir
Napasnya...tasbih
Matanya...penuh rahmat Allah, penuh kasih sayang
Telinganya...terjaga
Pikirannya...baik sangka
Tidak sinis, tidak pesimis dan tidak suka memvonis
Hatinya...diam-diam berdoa, doanya diam-diam
Tangannya...bersedekah
Kakinya...berjihad, ia tidak mau melangkah sia-sia
Kekuatannya...silaturrahim
Kerinduannya...tegaknya syariat Allah
Kalau memang hak tujuannya...maka sabar dan kasih sayang strateginya
Cita-citanya tertinggi teragung...syahid di jalan Allah
Kesibukannya...ia hanya asyik memperbaiki dirinya
Tidak tertarik mencari kekurangan, apalagi aib orang lain

M. Arifin Ilham

Kedahsyatan Sholat Berjamaah

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku’
(QS. Al-Baqarah; 43)

Hampir selama hidupnya, Rasulullah saw tidak pernah meninggalkan sholat berjamaah. Bahkan dalam keadaan perang sekalipun, beliau bersama sahabatnya melaksanakan sholat dengan berjamaah. Padahal mereka sedang sibuk-sibuknya dengan tugas suci.
Kalau dibanding dengan kita memang sangat jauh, padahal kita tidak segenting keadaan perang. Kita bahkan sedang istirhat kerja siang, atau sedang asik menyantap makanan, atau sedang bercumbu dengan keluarga. Namun saat sedang terdengar adzan, kita masih santai saja. Tidak segera berangkat ke masjid atau musholla untuk melaksanakan sholat berjamaah.

Suatu hari datang seorang laki-laki buta kepada Rasulullah saw bermaksud ingin meminta keringanan dalam sholat berjamaah karena kondisinya yang buta. Orang buta itu berkata, “Wahai Rasulullah, saya tidak ada seorang penuntun yang menuntunku ke Masjid, bolehkah aku tidak sholat dengan berjamaah dan cukup sholat di rumah?” Lalu Nabi saw memberi keringanan tentang hal itu, namun tatkala orang itu mau beranjak, Rasulullah saw memanggilnya dan bertanya, “Apakah kamu mendengar adzan panggilan sholat?” Orang buta itu menjawab, “Ya”. Rasulullah bersabda, “Kalau begitu, sambutlah (berangkatlah sholat berjamaah)” (HR: Muslim)
Subhanallah !!, sebegitu pentingnyanya sholat berjamaah hingga kepada orang buta yang tidak ada seorang yang menuntunnya saja Rasulullah masih memerintahkan untuk sholat berjamaah, apalagi dengan kita yang masih sehat bugar?
Bahkan Rasulullah saw hampir-hampir akan membakar rumah orang muslim yang tidak berangkat sholat berjamaah. Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Demi Allah yang jiwaku dalam genggamanNya, sungguh aku pernah akan menyuruh mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku perintahkan untuk shalat, lalu adzan pun dikumandangkan. setelah itu, aku menyuruh orang untuk menjadi imam shalat berjamaah. Lalu aku pergi ke rumah orang-orang yang tidak memenuhi panggilan shalat, dan aku bakar rumah mereka saat mereka berada di dalamnya. “ (HR: Bukhori Muslim).

Mengapa sholat berjamaah begitu penting? Mengapa Rasulullah sangat menekankan sholat berjamaah? Rahasia apa yang ada dibalik sholat berjamaah?
Beberapa keutamaan dan rahasia di balik shalat berjamaah antara lain:

Pertama, Orang yang sholat berjamaah akan mendapat pahala 27 derajat dibanding sholat sendirian. Rasulullah saw bersabda, “Shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian, dengan dua puluh tujuh derajat” (HR: Bukhori Muslim). Jadi, dengan sholat berjmaaah kualitas sholat kita 27 kali lipat dibanding sholat sendirian. Kalau dianalogikan dengan emas, sholat berjamaah itu 24 karat atau emas murni.

Kedua, Setiap langkah kaki dalam perjalanan kita ke Masjid diangkatnya derajat kita dan dihapuskannya dosa kita. Rasulullah saw bersabda, “Apabila dia wudhu sempurna, kemudian keluar menuju ke masjid dengan niat hanya untuk shalat, maka setiap kali ia melangkah, derajatnya dinaikkan dan kesalahan dosanya dihapuskan” (HR: Bukhori Muslim)

Ketiga, Orang yang sholat berjamaah senantiasa didoakan oleh para malaikat. Rasulullah saw bersabda, “Malaikat akan senantiasa memohonkan ampun dan rahmat untuknya, selama ia masih tetap berada di tempat shalatnya dan tidak berhadast. Malaikat berkata,”Ya Allah, ampunilah dia, Ya Allah rahmatilah dia” (HR: Bukhori Muslim)

Keempat, Orang yang rajin shalat berjamaah maka akan terhindar dari penguasaan syetan, seperti kesurupan atau kerasukan. Rasuluillah saw bersabda, “Tidaklah tiga orang berada di suatu desa atau kampung lalu mereka tidak melakukan shalat berjamaah, kecuali mereka telah dikuasai oleh syetan” (HR: Abu Daud)

Kelima, Suatu penduduk apabila rajin melaksanakan sholat berjamaah, maka akan diberikan ketentraman, persatuan, persaudaraan dan tidak mudah diprofokasi. Rasulullah saw bersabda, “Karena itu shalatlah dengan berjamaah !, karena srigala itu hanya menerkam kambing yang jauh terpencil dari kawan-kawannya (jamaahnya)” (HR: Abu Daud)