Kamis, 18 Juni 2009

DIALOG IMAJINER KYAI DAHLAN & KI HAJAR





Alkisah di akhirat, bertemulah KH. Ahmad Dahlan dengan temannya, Ki Hajar Dewantara sesama begawan pendidikan nasional di negara antah berantah, Indonesia. Karena sudah tidak lama berjumpa, keduanya terlibat pembicaraan mengenai kondisi pendidikan di negara mereka dulu.

“Assalamu’alaikum, Ki”, Kyai Dahlan menyapa Ki Hajar. “Wa’alaikum salam, Kyai,” jawab Ki Hajar”Apa kabar dan apa aktifitas Kyai di alam akhirat selama ini?”. Kyai Dahlan pun menjawab : “Baik, di alam akhirat ini saya masih mengajar. Banyak orang yang sudah meninggal yang saya temui masih dangkal ilmunya, baik ilmu agama maupun ilmu dunianya. Rupanya jiwa pendidik saya tidak berhenti pada saat saya hidup saja, ketika mati pun ilmu saya harus diajarkan dengan ikhlas dan serius. Ki Hajar sendiri bagaimana?”

“Sama dengan pak Kyai. Saya berusaha sekuat tenaga meluruskan pemahaman masyarakat negara kita dulu tentang paradigma pendidikan, meski terlambat karena mereka sudah meninggal. Setidaknya saat ditanya Allah di padang mahsyar nanti mereka tidak salah jawab”, ujar Ki Hajar. “Memangnya kenapa dengan paradigma pendidikan masyarakat di negara kita dulu?,” tanya Kyai Dahlan.

“Orang-orang di negara kita memang berhasil membangun lembaga pendidikan yang besar-besar gedungnya, sekolah ada dimana-mana, bahkan saya dengar berita dari beberapa orang yang baru meninggal, di sana pendidikan mulai di gratiskan,” jawab Ki Hajar. Karena heran, Kyai Dahlan bertanya : “Kan itu perkembangan positif Ki?”

“Memang, tetapi beberapa dari mereka menganut paradigma yang mulai melenceng. Pendidikan tidak lebih dari proses mendapat kerja bukan memahami dunia. Seolah menuntut ilmu adalah tuntutan dalam mencari uang di masa depannya, bukan dalam menggapai kebenaran. Budaya instan merajalela, di LBB siswa diajarkan menjawab soal, bukan memahami persoalan. Dalam ujian, yang penting adalah lolos, bukan lulus. Bahkan yang lebih memprihatinkan, guru cenderung menjadi pekerjaan bukan panggilan kesadaran. Ikhlas tidaknya mereka mengajar berbanding lurus dengan gaji dan tunjangan. Apalagi di sekolah milik negara, guru diincar karena itu berarti bisa dapat pensiun saat tua. Hingga untuk mendapatkannya banyak yang berlaku curang,” jawab Ki Hajar. “Bagaimana dengan perkembangan sekolah swasta yang Kyai Dahlan rintis?”

“Tidak jauh berbeda Ki. Yang membuat saya prihatin adalah mereka merasa rendah diri di hadapan sekolah milik negara. Itu kan ahistoris, saya mendirikan sekolah swasta jauh sebelum negara ini merdeka dan memiliki sekolah. Tetapi sekolah swasta sekarang tidak punya keberanian merumuskan sistem pendidikan mereka sendiri. Dan lagi Ki, pendidikan Agama Islam dan Kemuhammadiyahan dianggap tidak penting, jadinya moral siswa berantakan.” Jawab

Tiba-tiba ada orang datang, rupanya dia baru meninggal. Dia tampak sedih. Kyai Dahlan dan Ki Hajar menyapa orang itu. “Ada apa gerangan ki sanak, sepertinya anda sedih?”. Orang itu menjawab: “Semasa hidup saya seorang guru, saya meninggal karena dihakimi massa akibat perbuatan saya mencabuli siswi saya sendiri”.

Ada lagi yang datang, kali ini seorang remaja. Dia juga tampak sedih. Kyai Dahlan dan Ki Hajar pun menyapanya. “Ada apa gerangan nak? Kok tampak sedih?”. Dijawab oleh anak muda itu. “Saya meninggal karena bunuh diri. Hal itu saya lakukan karena stress tidak lulus ujian nasional, padahal saya sudah menyiapkan contekan dan beli jawaban dari calo,” jawabnya.

Kemudian ada lagi yang datang. Seorang pemuda. Karena tampak sayu, Kyai Dahlan dan Ki Hajar juga bertanya. “Ada apa gerangan mas? Kok telihat tidak semangat!”. “Saya mahasiwa yang meninggal karena tawuran,” jawabnya.

Mendengar jawaban mereka. Kyai Dahlan dan Ki Hajar kaget. Mereka sepakat untuk kembali ke dunia dan memperbaiki kondisi pendidikan di negara mereka. “Ayo kita minta kepada Allah untuk memberikan kita nyawa lagi supaya kita bisa hidup dan meluruskan semua ini. Apa jadinya negara kita jika insan pendidikan seperti ini”. Namun belum sempat minta dihidupkan, malaikat menghentikan keduanya.

Kepada Kyai Dahlan dan Ki Hajar, malaikat berkata : “Kyai Dahlan dan Ki Hajar yang saya hormati. Maaf, anda berdua tidak bisa hidup lagi. Untuk mewujudkan keinginan anda berdua, maka anda bisa mentransformasikan pemikiran dan keinginan anda saja kepada yang masih hidup. Insyaallah, masih ada yang bisa merasakan semangat kebenaran anda berdua saat ini juga,” kata malaikat.

Dengan berlinangan air mata keduanya mengangguk. Dan mereka berdua berharap, hanya bisa berharap. []

Penulis : afkareem

www.ahmadfk.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar