Kamis, 11 Juni 2009

SALAT JUM’AT – Meraih Berkah Hari Mulia


Rasulullah Saw., bersabda, “Siapa yang mandi pada hari Jumal seperti mandi besar, lalu ia berangkat ke Masjid pada waktu pertama, maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang bersedekah Unta. Siapa yang berangkat ke masjid pada waktu kedua, maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang bersedekah sapi. Siapa yang beranggkat pada waktu ketiga, maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang bersedekah domba. Siapa yang berangkat ke masjid pada waktu yang keempat, maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang bersedekah ayam. Siapa yang berangkat ke masjid pada waktu kelima, maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang bersedekah telur. Jika imam telah naik mimbar maka para malaikat hadir untuk mendengarkan khotbah.” [Dari Abu Hurairah r.a., Shahih al-Bukhari, 2/3 Fath al-bari dan Shahih Muslim, al-Jum’ah, No. 10]

Kisah 1

Dikisahkan, ada seorang laki-laki dari Samarkand yang bertobat. Ia sering mendatangi para ulama, umara dan orang-orang besar. Lalu ia ditanya, “Dengan sebab apa kamu dapat meraih derajat ini?” Ia menjawab, “Aku mendengar sebuah petuah bahwa orang yang istiqamah dengan perintah-perintah Allah, maka Allah akan mencukupinya dalam urusan akhirat dan dunia.”

Suatu hari, ada seekor keledai yang membawa biji-biji gandum ke tanah lapang. Ketika biji-bijian itu diturunkan dari keledai, tiba-tiba keledai itu lari dariku. Kemudian seorang tetanggaku memanggil. Ia mengatakan bahwa hari ini adalah giliranku mendapatkan air untuk menyirami ladangku. Jika aku tidak mengambil giliranku hari ini, tetangga sebelah akan mengambil giliran itu. Hari itu adalah hari Jumat. Maka saya bergumam dalam hati, “Lebih baik saya shalat Jumat dulu dan membeiarkan giliranku diambil orang lain, karena shalat Jumat dapat mencukupi segala urusanku.”

Saya pun menunaikan shalat Jumat, lalu saya kembali ke rumah. Tiba-tiba, biji-biji gandumku telah ditebar, ladangku telah disiram air, dan keledaiku telah kembali. Seseorang bertanya kepadaku, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Aku menjawab, “Ada seorang tetanggaku yang pergi ke tempat penggilingan. Lalu ia menggiling barang-barang kami, sementara ia mengira barang-barang itu miliknya. Ketika ia membawa barang-barang itu ke rumah, istriku mengenalinya, maka ia mengambilnya dan membuat roti. Sementara, keledaiku pergi ke tanah lapang. Tiba-tiba keledai itu dibuntuti banyak serigala, hingga lari ke perkampungan. Akhirnya, keledai itu dapat kembali ke kandangnya dengan selamat. Adapun tanah ladangku terairi dari ladang milik tetangga sebelah, hingga tanah ladangku ikut dipenuhi air. Setelah melihat hal ini, saya bergumam dalam hati, “Wahai Tuhanku, shalat Jumat telah menjaga semua itu dan memperbaiki semua urusanku. Maka, bagaimana jika aku menjaga semua kewajiban agama.” Karena itulah, saya berpaling dari kehidupan dunia dan mengabdikan diri kepada Sang Pencipta, sebaggaimana yang kamu saksikan pada kehidupanku sekarang ini.”

Kisah 2

Dikisahkan bahwa Nashr ibn Ahmad, Penguasa Kota Bukhara, berangkat untuk shalat Jumat. Ketika ia telah sampai di satu tempat bernama Rakistan, tiba-tiba jamaah Jumat telah mulai melakukan shalat, imam telah membaca Takbiratul Ihram. Sang Penguasa itu langsung turun di tanah berpasir. Pelayan muda menggelarkan sajadah dihadapannya. Tiba-tiba sang penguasa melipat kembali sajadah itu. Ia takbir dan sujud dengan meletakan keningnya di atas pasir-pasir yang panas. Ketika ia telah menyelesaikan shalatnya, ia pun berdiri dan pergi.

Setelah penguasa itu meninggal, ada seorang yang memimpikannya. Lalu, ditanyakan kepadanya, “Bagaimana Allah memperlakukanmu?” Ia menjawab, “Ketika jasadku telah berpisah dengan ruhku, ruhku dibawa ke sisi ‘Arasy. Lalu, saya mendengar suara tanpa rupa yang menyeru, “Hai Nashr ibn Ahmad, kamu adalah orang jahat. Tetapi, karena kenuliaan sajadah yang kamu singkirkan dari wajahmu itu, dan karena kamu lebih memilih sujud di atas kerikil-kerikil panas untuk-Ku, maka Aku telah mengampuni dosa-dosamu.”

Kisah 3

Diriwayatkan bahwa Nabi Musa a.s. saat itu sedang membaca Taurat. Beliau sedang mempelajari beberapa makna ayat. Nabi Musa berkata, “Wahai Tuhanku, adakah seseorang yang lebih mulia dari umatku?” Allah Swt. menjawab, “Ya, Umat Muhammad.”

Kemudia Allah Swt. memerintahkan Nabi Musa a.s. pergi ke Gunung Baitul Maqdis. Nabi Musa pun segera pergi. Di gunung itu, Nabi Musa melihat satu kaum yang sedang menyembah Allah Swt. lalu, nabi Musa pun bertanya kepada mereka. Mereka menjawab, “kami ini termasuk umatmu. Kami beribadah kepada Allah Swt. di tempat ini selama 70 tahun dengan penuh kesungguhan. Kami telah terbiasa mengenakan pakaian kesabaran, berselendangkan ketawadluan, berpeci kesyukuran, bertongkat ketawakalan,bersandalkan ketakutan, bersantap dengan makanan hasil bumi, dan bercendawan minum dengan air hujan. Pakaian kami terbuat dari kulit pohon dan kami tidak pernah mendongakkan kepala kami selama 70 tahun, karena malu kepada Allah Swt.” Maka Nabi Musa pun merasa sangat gembira dengan hal ini. Allah Swt., berfirman, “Hai Musa, sungguh, dua raka’at yang dilakukan oleh umat Muhammad pada hari ini adalah lebih baik dari semua amalan itu.” Musa bertanya, “Wahai Tuhanku, hari apakah ini?” Allah menjawab, “Sekarang hari Jumat.”

Sa’id ibn Musayyab – semoga Allah merahmatinya – berkata, “Menunaikan shalat Jumat sungguh lebih aku cintai daripada menunaikan sunnah haji.”

Mujahid berkata, “Seseoran telah menemui Ibn ‘Abbas. Orang itu berkata, “Hai pemuka kaum mukmin, bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang rajin shalat malam dan berpuasa di siang hari, namun ia tidak melaksanakan shalat Jumat dan tidak pernah shalat berjamaah. Lalu, orang tersebut mati dalam keadaan demikian ini?” Ibn ‘Abbas menjawab, “Orang seperti itu tempatnya neraka.”

Jawaban Ibn ‘Abbas ini membuatnya gundah gulana selama satu bulan. Ia kembali menanyakan hal itu dan Ibn ‘Abbas tetap menjawab bahwa orang seperti itu tempatnya dalam neraka.”

Ka’ab al-Ahbar – semoga Allah merahmatinya – berkata, “Sungguh, meminum segelas air panas lebih cintai daripada saya tertinggal shalat Jumat, dan saya lebih baik tertinggal shalat Jumat daripada datang terlambat shalat Jumat dengan melangkahi leher-leher jamah Jumat.”

[ 40 Nasihat Langit - Kisah dan Wejangan Spiritual - Syaikh 'Abd al-Hamid al-Anquiri ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar